PLAYEN, (KH) — Niat, semangat, dan kerja keras di manapun dan kapanpun menjadi modal utama dalam menggapai hidup menjadi bermakna. Belum pernah ada dan nampaknya memang tidak ada sebuah keberhasilan itu diperoleh secara tiba-tiba. Rangkaian proses panjang senantiasa menjadi latar belakang sebuah keberhasilan yang bermakna bagi seorang gadis desa bernama Ermawati.
Berawal dari kegemarannya menulis puisi saat masih duduk pada bangku SMP, Ermawati (30), warga Desa Pelembutan Kecamatan Playen kini menjadi salah satu penulis novel yang produktif.
“Sebelumnya tidak terpikirkan ketika saya terjun di dunia menulis. Namun sejak kecil saya memang tertarik dalam hal tulis menulis,” ucapnya, Rabu (01/04/2015).
Ermawati menjadi seorang penulis novel justru berawal saat ia sedang bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Hongkong. Ia bercerita, bekerja menjadi TKW di Hongkong sebagai pekerja rumah tangga (PRT).
Setelah beberapa bulan bekerja di Hongkong, kerinduan untuk membaca kembali tumbuh. Ia mencoba untuk mencari toko buku Indonesia di negeri orang tersebut. Ternyata betul, ia mendapati sebuah toko buku Indonesia yang berada di Hongkong. Ia membeli sebuah buku dengan judul Hongkong “Namaku Peri Cinta”.
“Setelah saya buka halamannya, saya terkejut ketika novel tersebut merupakan antologi cerpen dari penerbit Forum Lingkar Pena (FLP). Saya baru mengetahui, ternyata di Hongkong terdapat FLP. Segera beberapa hari kemudian saya meluangkan waktu untuk mengetahui kantor FLP di Hongkong,” ujarnya.
Dari sinilah kisah Ermawati sebagai penulis novel dimulai. Dengan kesibukannya bekerja sebagai pembantu rumah tangga, ia tetap menyempatkan waktu untuk bisa menulis. Novel pertama yang berhasil ia selesaikan adalah Xie xie Ni De Ai (Terimakasih Cintamu). Dalam novel tersebut, ia menceritakan sebagaian kehidupannya saat ia bekerja di Hongkong.
Novel pertama tersebut awal mula pemacu semangat Ermawati. Karena ia mengirimkan novel tersebut pada lomba novel inspiratif tingkat nasional dan berhasil masuk dalam 30 besar, bahkan ia berhasil membuat satu novel dengan judul Crying Winter. Pada tahun 2010, Ermawati memutuskan untuk pulang ke Indonesia karena sakit.
Setelah kembali ke kampung halaman, ia justru bisa lebih aktif menulis. Ia berhasil menyusun 5 novel lainnya selama di kampung halaman. Novel karya Ermawati ini berhasil diterbitkan dan dipasarkan oleh salah satu penerbit yang berada di Jogjakarta dan Solo. Dalam setiap penerbitan novelnya, Erma mempergunakan nama Mell Shaliha.
Ermawati kini menikmati kesehariannya di kampung halaman dengan menjadi seorang penulis. Kegiatan lainnya yang dijalani adalah menjadi guru PAUD Mutiara HatiBangsa di Desa Plembutan Playen.
“Sembari mengisi waktu luang, saat ini sedang mengerjakan novel ke-8. Karena saya mempunyai komitmen, sehari minimal menulis satu paragraf,” jelasnya.
Erma mengaku, jenjang pendidikan memang sangat penting untuk menjadi seorang penulis, namun menurutnya kepandaian menulis tidak hanya bergantung pada jenjang pendidikan.
“Niat, ketekunan, semangat dan perhatian pada lingkungan sekitar menjadi modal utama saya menjadi seorang penulis,” pungkasnya. (Atmaja).