PURWOSARI, (KH) — Sendang (mata air) Beji merupakan salah satu tempat sakral yang sering dikunjungi. Kini pendatang tak hanya berasal dari pulau Jawa saja, melainkan juga dari luar pulau. Sendang tersebut diyakini dapat membuat perempuan awet muda dan cantik dengan cara membasuh muka atau mandi dengan air sendang.
Secara administratif Sendang Beji ini terletak di Padukuhan Parangrejo, Desa Girijati, Kecamatan Purwosari. Keberadaannya tidak begitu jauh dari kawasan pantai Parangtritis Kabupaten Bantul. Sesuai penuturan penjaga (juru kunci), jarak sendang tak lebih dari 2 kilometer dari Pantai selatan.
Tugiran adalah tokoh warga yang dipercaya menjaga sendang. Ia merupakan penerus ayahnya, Mbah Arjo, juru kunci sebelumnya yang telah meninggal.
Sesuai cerita turun temurun, Sendang Beji merupakan tempat favorit istri Joko Tarub, Dewi Nawangwulan. Seorang bidadari ayu dari kayangan itu waktu-waktu tertentu turun ke bumi mandi di sendang ini.
Sejak keyakinan itu berkembang, banyak pengunjung utamanya kaum perempuan ingin memiliki wajah awet muda serta ayu alami seperti Dewi Nawangwulan. “Untuk saat ini, bahkan tidak hanya bertujuan seputar hal itu saja. Banyak yang datang melakukan ritual serta mandi dengan berbagai maksud, entah karena ada permasalahan keluarga, usaha, penyakit dan lain-lain,” jelas Tugiran, Kamis, (12/2/2015).
Selepas mandi, pengunjung biasanya melakukan meditasi, atau berdiam diri sembari berdoa. Udara sejuk memang membuat betah pengunjung berlama-lama. Ditambah suara gemercik air jernih yang keluar mengalir dari sumbernya, membuat suasana sendang yang berada di lereng pegunungan baon/ Hutan Beji ini memiliki nuansa tenang.
Tugiran menuturkan, kunjungan setiap hari hampir selalu ada. Paling ramai pada malam Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon. Pada malam tersebut, pengunjung mencapai puluhan, dan sesekali mencapai seratusan. “Untuk tiap tahun kunjungan paling ramai pada malam 1 Sura. Silih berganti datang, sejak pagi hingga tengah malam. Jumlah pengunjung bisa mencapai limaratusan,” ungkapnya.
Untuk sampai di mata air ini pengunjung harus melewati jalan setapak. Memasuki sendang, pengunjung akan disambut dengan pelataran batu dan lebatnya pohon tua yang dibalut kain putih. Sebuah arca Ganesha berlumut dan berbalut kain masih terlihat kokoh di atas sendang.
Tugiran sendiri tidak tahu kapan persisnya peletakan arca tersebut. Sebagian orang menduga kawasan ini dahulunya pusat peradaban Hindu. Hal ini diperkuat dengan adanya Candi Gembirowati; bangunan peribadatan umat Hindu jaman dahulu yang memang berada tak jauh dari Sendang Beji. Masih satu komplek dengan sendang Beji, juga terdapat Masjid yang konon dibangun oleh seseorang yang sembuh dari penyakit setelah beberapa kali datang dan mandi.
Tugiran menambahkan, bagi yang percaya, membawa pulang air sendang untuk diminum juga baik bagi kesehatan; bahkan dapat menyembuhkan penyakit. Meski musim kemarau panjang, debit air sendang tidak mengalami penyusutan yang drastis. Tidak jauh di bawah sumber air, petani memanfaatkannya untuk mengairi sawah dan tegalan.
Sembari menjaga, Tugiran mendirikan warung di sebelah utara sendang; menyediakan berbagai minuman kemasan dan minuman seduh serta camilan. Tempat tersebut sekaligus digunakannya untuk menginap ketika tidak pulang ke rumahnya. Menjadi rutinitasnya, ia biasa merawat kebersihan sendang, serta membantu pengunjung menjalankan perannya sebagai juru kunci. (Kandar/Tty)