Tak Perlu Risau, Hakekat Pendidikan Tak Sebatas Nilai UN

oleh -5510 Dilihat
oleh
Peringkat UN SMA jurusan IPS se-DIY . KH/ Kandar
Peringkat UN SMA jurusan IPS se-DIY . KH/ Kandar
Peringkat UN SMA jurusan IPS se-DIY . KH/ Kandar

WONOSARI, (KH)— Masih mengenai hasil nilai UN, meski peringkat nilai rata-rata di DIY berada pada posisi terendah ternyata tak membuat semua pihak yang terlibat langsung dalam dunia pendidikan risau.

Salah satunya Kepala SMA N 1 Wonosari, Taufik Salyono. Ia menyatakan orang tua atau siapapun tidak perlu pusing dengan hasil UN siswa SMA Gunungkidul, karena sebenarnya hakekat pendidikan tidak sebatas nilai UN saja.

Selain faktor-faktor secara umum penyebab hal tersebut mengemuka, ia menyebut ada faktor lain yang berbeda yaitu banyaknya anak berprestasi dari Gunungkidul yang disekolahkan di luar Gunungkidul oleh orang tuanya yang tergolong mampu atau kaya, bahka sejak jenjang SMP.

Hal ini patut dimengerti oleh orang tua dan tentunya para siswa sendiri. Menurutnya, nilai UN mau tinggi atau rendah yang lenih penting ialah menjadikan anak sholeh atau berbudi pekerti luhur.

“Hakekat pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan insan Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki kompetensi spiritual, mandiri, cerdas, berbudi pekerti mulia, unggul dalam sains dan teknologi,.dan memiliki daya saing tinggi,” tutur dia jelas saat dihubungi beberapa waktu lalu.

Maka, tegas dia, yang lebih diutamakan adalah membangun iman dan taqwa serta budi pekerti luhur. Bukankah di Indonesia seperti sekarang ini korupsi meraja lela, banyak kejahatan seksual, pembunuhan, dan kriminal lainnya, karena pendidikan selama ini lebih mengutamakan aspek kognitif saja (UN), kurang memperhatikan aspek spiritual siswa.

“Guru hanya mengajar, kurang mendidik siswa. Mengajar artinya transfer ilmu, dan yang diukur mayoritas adalah keberhasilan UN (unsur kognitif) saja,” imbuhnya.

Maka dirinya pun setuju dengan program Presiden Jokowi mengenai revolusi mental, kemudian ditindak lanjuti dengan program kemendikbud, penumbuhan budi pekerti. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar