WONOSARI, (KH) — Maraknya kasus kekerasan terhadap anak, serta pernikahan dini di Gunungkidul masih menjadi perhatian khusus yayasan Rifka Anisa. Yayasan ini kembali memberikan pemahaman kepada masyarakat yang dikemas dalam sebuah pawai budaya.
Staf Divisi Pengorganisasian Masyarakat dan Advokasi, Yayasan Rifka Anisa, Asih Nuryanti mengatakan, pihaknya mengajak masyarakat untuk mencegah pernikahan dini, kekerasan pada anak untuk menciptakan masyarakat Gunungkidul yang lebih baik.
“Kami berharap, acara ini menjadi sarana untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam memahami pentingnya kepedulian terhadap kekerasan dan pernikahan dini,” ungkap Asih, Senin (13/10/2014).
Sebelum kirab budaya dimulai yayasan Rifka Anisa memberikan pemahaman hal serupa kepada wali murid SD MI Yappi Baleharjo. Selanjutnya, peserta sosialisasi diajak mengikuti pawai dengan membawa tulisan-tulisan ajakan untuk stop pernikahan dini, stop kekerasan.
“Kita mengajak wali murid SD MI Yappi Baleharjo diskusi tentang kekerasan seksual, harapan kita para wali murid lebih tahu dan mengajarkan kepada anak sejak usia dini,”jelasnya.
Sementara, Kepala Desa Baleharjo, Agus Setiawan SE mengkatakan, kirab budaya dalam rangka bersih desa atau rasulan diikuti oleh lima padukuhan, antara lain Mulyosari, Rejosari, Gedangsari, Wukirsari, dan Purwosari.
“Selain sebagai bentuk perwujudan rasa syukur kepada Tuhan atas keselamatan, rasulan digelar sebagai ajang silaturohmi antar warga,” ungkap Agus seusai kirab.
Rombongan pawai yang diikuti ratusan masyarakat, memulai pawai dari eks Terminal Baleharjo. Berbagai potensi kesenian setiap dusun dikeluarkan untuk memeriahkan pawai budaya. Pada barisan RT 02 Padukuhan Purwosari, nampak miniatur balai desa Baleharjo yang belum selesai pengerjaannya.
Beberapa penonton menduga, miniatur balai desa dianggap sebagai kritikan kepada desa atas molornya pembangunan balai. Dengan diusung menggunakan motor roda tiga miniatur itu juga dilengkapi dengan tulisan “Endi Baleku”. (Juju/Tty)