Reog Nawangsih Surulanang Buka Pentas Hari ke-2 FKY

oleh -4261 Dilihat
oleh

WONOSARI, kabarhandayani,– Pertunjukan reog pada Festival Kesenian Yogyakarta di Gunungkidul nampaknya tetap menyita perhatian masyarakat. Hal ini terlihat dalam gelar reog dari Desa Surulanang Paliyan Kamis (3/9/14) yang mendapat sambutan antusias dari para penonton. Pertunjukkan reog tersebut sekaligus menjadi pembuka acara FKY sore tadi.
Beberapa warga dari berbagai desa di Gunungkidul rela untuk mendampingi dan menyaksikan group reog yang menjadi kebanggaan desa mereka tampil di pusat kabupaten.
Seperti Wakidi, warga Desa Surulanang Kecamatan Paliyan, demi ikut mendukung dan mendampingi group reog dari padukuhannya ia dan rekan-rekannya datang ke arena FKY di eks Terminal Lama Baleharjo. “Group reog kebanggaan padukuhan kami tampil pada acara yang besar seperti ini. Ini menjadi kebanggan tersendiri buat kami warga Padukuhan Surulanang,” tuturnya.
Tak hanya Wakidi, group reog yang merupakan juara pertama kesenian reog Kabupaten Gunungkidul tahun lalu itu pun didampingi oleh puluhan warga Surulanang. Selain untuk melihat group reog kebanggannya, mereka juga memanfaatkan kesempatan untuk mengunjungi pasar malam FKY.
Ditemui secara terpisah, Ketua Dewan Kebudayaan Gunungkidul, CB Supriyanto mengatakan, “Festival ini adalah kegiatan positif, di mana group reog dari berbagai kecamatan mampu mempertunjukkan dan menambah jam terbang pada mereka terutama pada event besar seperti ini.”
Menurutnya, selain melalui festival kesenian seperti ini, berbagai upaya juga ditempuh untuk tetap menjaga dan melestarikan kesenian. Di antaranya dengan diadakannya pagelaran kesenian yang sudah berlangsung di tiap-tiap kecamatan.
Karena itu, Supriyanto juga berpesan agar para budayawan dapat menanggapi upaya positif yang telah dilakukan pemerintah melalui kegiatan seperti ini.
“Untuk menanamkan kesadaran berkesenian kepada pada generasi penerus, alangkah baiknya jika di sekolah kegiatan muatan lokal untuk tetap di pelihara.
Jadi untuk nguri-nguri kesenian, akan lebih terpelihara ketika anak-anak usia dini sudah mulai dibina untuk pengenalan akan kesenian ataupun kebudayaan melalui muatan lokal tersebut,” tandas Supriyanto. (Atmaja/Tty).

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar