GUNUNGKIDUL, (KH),– Padukuhan Wota Wati di Kalurahan Pucung, Kapanewon Girisubo, Kabupaten Gunungkidul bersolek. Penataan diantaranya mencakup fasilitas fisik yang dilakukan terakit dengan realisasi pembentukan kawasan ini menjadi desa wisata.
Tahun ini, sebagaimana dikatakan Lurah Pucung, Estu dwiyono, dana Bantuan Keuangan Khusus (BKK) Dana Keistimewaan (Danais) senilai Rp5 Miliar telah diterima. Dana tersebut akan dipakai untuk penataan kawasan khususnya di Padukuhan Wota Wati.
“Ada beberapa item pembangunan fisik yang disiapkan, mulai dari pagar di lingkungan dusun, pemukiman hingga pendopo multifungsi,” ungkap Estu saat ditemui di Wota Wati belum lama ini.
Pagar, sambungnya akan dibagun serupa menggunakan material bata ekspose. Rumah-rumah, utamanya yang akan dijadikan home stay bagian fasad diseragamkan dengan terakota model bata ekspose. Penyeragaman fisik bagian rumah ini hanya akan menyentuh bagian muka saja.
Adapun pendopo multifungsi akan dibangun di lokasi balai padukuhan saat ini. Dengan tujuan dipakai untuk berbagai keperluan, maka kapasitasnya jauh lebih lebih besar dari ukuran balai padukuhan.
“Di kawasan balai padukuhan juga akan dibangun tempat parkir,” imbuhnya.
Lebih jauh disampaikan, desa wisata dengan icon Padukuhan Wota Wati punya beberapa keunikan dan daya tarik. Salah satu yang utama yakni menyangkut keberadaan pemukiman warga. Rumah-rumah warga di padukuhan Wota wati ini berada di daerah aliran Sungai Bengawan Solo Purba.
“Ada nilai historis terkait bidang ilmu geologi. Jadi masuk kategori wisata minat khusus. Kelak paketnya tentu dilengkapi dengan destinasi wisata yang lain seperti pantai,” terang dia.
Estu melanjutkan, penataan kawasan pemukiman yang diwariskan nenek moyang masyarakat setempat dinilai mempertimbangkan aspek mitigasi bencana. Kawasannya didesain lengkap dengan jalur drainase. Meski saat ini jalur-jalur tersebut sebagian menjadi jalan penghubung antar blok rumah. Estu menilai desain tinggalan leluhur tersebut cukup baik dan rapi.
Keunikan yang lain yakni terkait paparan sinar matahari di Wota Wati. Sebagaimana diketahui, padukuhan ini diapit bukit karst memanjang dari utara ke selatan. Akibatnya, karena faktor geografis dan gerak semu matahari, sinar matahari cenderung lebih pendek menyinari kawasan Padukuhan Wota Wati. Durasinya rata-rata hanya 8 jam saja. Mulai Pukul 08.00 WIB hingga 16.00 WIB.
Tak berhenti pada sektor fisik. Direncanakan pula di kawasan Wota Wati akan dibangun Lumbung Mataraman. Fasilitas tersebut akan menjadi sentra budidaya aneka macam tanaman pangan sekaligus usaha bidang peternakan. Samahalnya yang dibangun di Nglipar dan Semin.
“Jadi, tamu nanti tak hanya sekedar foto-foto, tapi banyak ragam paket kegiatan yang akan disediakan. Harapan kami segenap persiapan selesai dalam 3 tahun,” tukas Estu. (Kandar)