WONOSARI, (KH),– Perayaan Natal di Gereja Kristen Jawa (GKJ) Wonosari, Gunungkidul tahun ini terasa berbeda. Ibadah Natal yang digelar Selasa, (25/12) tersebut diselingi pertunjukan drama atau tonil yang membawa pesan toleransi dari pemuda Forum Lintas Iman (FLI).
Pementasan drama disela Ibadah Natal tersebut bercerita tentang perdebatan antar keluarga besan. Perdebatan timbul karena ada perbedaan pilihan mengenai tempat kelahiran cucu.
Fragmen perselisihan yang menonjolkan ego masing-masing anggota keluarga tersebut menggambarkan situasi saat ini. Yakni masih adanya individu atau sekelompok orang yang memiliki kehendak agar orang lain menuruti kemauannya. Jauh dari prinsip menghargai perbedaan atau kebhinekaan. Serta ke luar dari nilai-nilai dan berseberangan dengan amanat dasar negara, Pancasia.
Drama sarat makna sekaligus menghibur berdurasi sekitar 40 menit tersebut disaksikan ratusan jemaat Gereja. Hadir pula puluhan perwakilan dan tokoh dari FLI memberikan dukungan pelaksanaan Natal yang mengambil tema ‘Damai Sejahtera Allah Di Bumi Pancasila’.
Ketua FLI Gunungkidul, Aminudin Azis mengatakan, kegiatan berkunjung ke tempat ibadah yang sedang menggelar perayaan hari besar agama merupakan agenda rutin tahunan.
“Kali ini tokoh muda di FLI turut hadir pada perayaan Natal. Kami ingin memberikan kesan bahwa pemuda dapat saling menghargai perbedaan meski tidak sedikit tokoh senior atau tua tidak demikian,” jelas Azis.
Menurutnya, menghargai perbedaan penting untuk terus digelorakan. Dirinya mengajak untuk meninggalkan pertentangan yang menonjolkan perbedaan.
“Mari mewariskan sikap toleransi dan hormat-menghormati terhadap perbedaan yang ada,” pintanya.
Sementara itu, Pimpinan Ibadah Natal, Pendeta Dwi Wahyu Prasetya, MAPS., menandaskan, pementasan drama serta kunjungan FLI merupakan bentuk atau wujud kebersamaan meski semua berada dalam perbedaan keyakinan.
“Ini bukti iman kami. Iman memberi bukti nyata dalam bentuk persaudaraan yang rukun dan saling meneguhkan satu dengan yang lain,” tegasnya.
Lebih jauh disampaikan, komitmen bersama agar bumi Pancasila terus tetap terawat hanya melalui cinta, pesaudaraan, dan saling bergandengan tangan ditengah perbedaan.
Adapun pesan yang ditekankan sesuai tema perayaan Natal, yakni adanya keprihatinan terjadinya pertikaian dan perseteruan oleh sesama warga negara. Hendaknya sesama warga negara memiliki konsensus sama untuk terus membangun dan merawat bumi Indonesia dengan satu falsafah Pancasila. (Kandar)