RONGKOP, (KH) — Memasuki bulan Januari buah melinjo sudah tampak menua siap untuk dipanen. Di beberapa wilayah di Gunungkidul buah melinjo juga sudah mulai diperjual-belikan.
Salah satu penghasil melinjo di Gunungkidul adalah Padukuhan Gandu, Desa Semugih. Dalam beberapa hari terakhir ini hasil melinjo di daerah ini sudah mulai jadi incaran para tengkulak. Tengkulak akan datang langsung dari rumah ke rumah untuk menawar berbagai buah yang siap dipanen khususnya melinjo.
“Sudah ada yang mulai jual, kemarin sudah ada tengkulak yang datang,” tutur Karsinem, warga Semugih Rabu (7/1).
Sistem jual beli yang mereka tetapkan tak mematok harga pada tiap kilo gram melinjo. Harga yang jadi kesepakatan dengan tengkulak adalah sistem borong sebelum melinjo dipetik dari pohonnya.
“Sistemnya ditebas (diborong). Jadi dalam satu atau beberapa pohon dihargai berapa rupiah gitu, nanti mereka sendiri yang memetik melinjo di pohonnya,” lanjut Karsinem.
Melinjo sebenarnya memiliki nilai jual yang cukup tinggi di pasaran bila telah diolah menjadi makanan olahan. Biasanya buah yang hanya sekali panen dalam setahun ini akan dimanfaatkan menjadi aneka kerajinan makanan terutama emping.
Meski melinjo olahan laku dengan harga yang tinggi di pasaran, ternyata harga itu tak dirasakan oleh petaninya sendiri. Mereka mengaku belum siap untuk mengolah hasil panen mereka menjadi produk yang lebih memiliki nilai jual tinggi.
“Nggak pasti tergantung buahnya lebat atau tidak, kalau lebat ya dalam satu pohon bisa dihargai Rp 100 ribu. Di sini belum ada yang mencoba untuk membuat emping, rata-rata ya cuma dijual ke tengkulak,” pungkasnya. (Maryanto/Bara)