PLAYEN, Kabarhandayani,– Kelompok Taruna Tani Ubet Manunggal Dusun Tanjung 1 Desa Bleberan Kecamatan Playen terus berupaya mengembangkan berbagai bidang usaha pertaniannya. Kelompok tani yang mayoritas beranggotakan pemuda ini telah memiliki beberapa bidang usaha, di antaranya: budi daya ikan, perkebunan sayur, dan pertanian.
Sebagian besar usaha dikelola secara kelompok, namun ada beberapa yang dimiliki secara individu. Ternak ikan lele dan nila menjadi usaha unggulan yang paling potensial untuk dikembangkan secara kontinyu.
Selama ini pemanfaatan air sungai untuk kolam ikan menggunakan mesin pompa air diesel sebagai alat penyedot air. Biaya operasional bahan bakar mesin merupakan kendala tersendiri bagi kelompok tersebut, sehingga melalui beberapa perantara penghubung seperti Pemerintah Desa, Kecamatan serta Instansi terkait dapat menarik perhatian pihak civitas akademika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Fakultas Teknik USD kemudian memberikan bantuan untuk mengatasi kendala tersebut, termasuk secara intensif mengembangkan kelompok tani tersebut.
“Awalnya kita diundang ke Kampus Sanata Dharma untuk mendapatkan pelatihan pembuatan alat pompa,” kata Heru Setyawan ketua kelompok ternak. Diketahui mesin pompa tersebut dinamakan Hidraulic Ram Pump (Hidram). Sebuah alat pemompa air tanpa energi listrik dan bahan bakar, dengan sistem energi kinetik yang dihasilkan dari alat tersebut setelah mendapat tekanan dari aliran sungai dari bendungan di Dusun Tanjung.
Kemudian pada Kamis, 29/5/2014 telah diadakan uji coba alat yang dibuat oleh kelompok tani tersebut. “Kemarin bersama perwakilan Sadhar, kita mencoba alat buatan kita sendiri, empat pompa kita uji, tiga buatan kita, dan satu dari Sadhar,” papar Taufik Ari Wibowo salah satu anggota kelompok.
Taufik menjelaskan bahwa empat alat tersebut telah dapat berfungsi, namun masih terdapat kendala di antaranya katup udara bocor, klep selang air juga bocor, serta klep pemompa tidak center. Sehingga debit air belum sempurna, Namun hasil uji coba tersebut dinilai berhasil. “Sudah dapat mengalirkan air 3 liter per menit. Masih perlu ada pembenahan pada beberapa piranti alat tersebut,” ungkapnya
Sukrisno dari wakil kelompok tani juga menyampaikan bahwa tidak mungkin debit air yang dihasilkan mesin untuk mengairi sawah. Rencananya sementara akan digunakan untuk sistem sirkulasi pada kolam ikan. “Kalau cuma segitu nggak mungkin untuk mengairi sawah, kalau sudah berfungsi dengan baik rencana akan kita gunakan untuk kolam dahulu,” ujarnya. Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa pembuatan 1 unit mesin membutuhkan dana sekitar Rp.150.000,-. “Tidak begitu mahal, tetapi ada salah satu komponen yang tidak tersedia di Gunungkidul,” ujarnya. Ia bersama rekannya harus mencari di seputar Jalan Magelang Kota Yogyakarta.
Bersama pihak Sadhar, perbaikan dan penyempurnaan alat akan terus dilakukan diwaktu mendatang. “Dalam waktu dekat, pihak FT Sadhar akan kembali melakukan tes mesin pasca pembenahan, harapan kami mesin berfungsi dengan baik, bukan hanya kolam, jangka panjangnya, jika memungkinkan pengairan sawah akan kita terapkan sistem pengairan ini,” pungkas Sukrisno. (Sukandar/Jjw).