Ibu Paruh Baya Akhiri Hidup Di Pohon Melinjo

oleh -4690 Dilihat
oleh
tali
ilustrasi. Dhadhung, kala, jerat, tali. KH/WG
ucapan Natal Golkar

TANJUNGSARI, (KH),— Ibu paruh baya, Suranem (57) warga di Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul akhiri hidup di Pohon melinjo, Rabu, (16/10/2019) siang.

Peristiwa gantung diri tersebut diketahui oleh suaminya, Pujo Jiman (65). Berdasar keterangan dari pihak kepolisian setempat, pelaku sebelumnya masih bekerja seperti biasa.

“Pelaku setiap harinya bekerja sebagai pemulung. Pagi hari masih bekerja mencari barang bekas bersama suaminya,” jelas Kapolsek Tanjungsari, AKP Sapto Sudaryanto, SH melalui rilis informasi.

Setiba di rumah usai mencari barang bekas, pelaku berpamit kepada suami hendak tidur. Kemudian tengah hari, Pujo Jiman pergi ke belakang rumah. Kaget bukan main, dirinya mendapati istrinya dalam kondisi tergantung.

“Saat diketahui masih bernyawa. Namun upaya suami untuk menyelamatkan tak berhasil,” imbuh AKP Sapto Sudaryanto.

Saat anggotannya mendatangi lokasi kejadian mendampingi tim medis setidaknya dikerahkan 5 personil Polsek Tanjungsari.

Berdasar pemeriksaan petuas medis Puskesmas Tanjugsari, dr Ary Hermawan, tidak ditemukan tanda-tanda penganiayaan di tubuh korban. jasad pelaku kemudian diserahkan ke pihak keluarga dan warga setempat untuk menjalani proses pemakaman.

“Ada keterangan pelaku mengalami sakit asma menahun,” tukas Kapolsek. (Kandar)

***

Catatan Redaksi:

  1. Ayo bantu ringankan beban dan pulihkan keluarga terdampak bunuh diri, dan berhentilah mencemooh, mengolok-olok atau menghujat orang/keluarga penyintas dari bunuh diri. Kejadian bunuh diri adalah peristiwa kemanusiaan dan problema kita bersama, dapat menimpa siapa saja tanpa memandang status sosial, pendidikan, agama, jender, dan atribut-atribut lainnya.
  2. Ayo bantu cegah bunuh diri di Gunungkidul dengan cara peduli kondisi fisik dan kejiwaan anggota keluarga, sanak saudara, dan sesama. Berikan bantuan kepada sesama yang memerlukan dukungan permasalahan kejiwaan atau kesejahteraan mental.
  3. Menyambungkan sesama yang membutuhkan pertolongan problema kejiwaan dengan layanan kesehatan terdekat (Puskesmas, Klinik, Rumah Sakit) atau layanan konseling kepada pemuka masyarakat dan pemuka agama setempat dapat menjadi upaya preventif mencegah bunuh diri.

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar