TEPUS, kabarhandayani.– Program dropping air oleh Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ternyata telah dipahami bukan menjadi satu-satunya sousi mengahadapi kekeringan di wilayahnya. Hal itu dinyatakan oleh Tumiyo, salah satu warga Padukuhan Tepus 1 Desa Tepus Kecamatan Tepus, pada Rabu (11/6/2014).
Tumiyo mengungkapkan, program droping air yang selama ini diperuntukkan bagi padukuhannya hanya berkisar 3-4 tangki air setiap tahunnya. Jumlah air itu bila dibagi rata ke seluruh warga dihitungnya tak bakal mampu mencukupi kebutuhan airnya selama 1 hari.
“Saya itu kalau ada bantuan air paling-paling dapatnya cuma 2 pikul. Air itu langsung habis buat keperluan rumah tangga dalam sehari,” kata Tumiyo
Padukuhan Tepus 1 merupakan daerah yang belum tersentuh aliran air dari PDAM, sehingga untuk mencukupi kebutuhan air sehari-hari warga membeli air dari truk-truk tangki dengan harga di kisaran Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu. Harga air tidak selalu sama meski masih dalam 1 padukuhan. Hal ini dipengaruhi oleh jarak rumah ke jalan raya sebagai akses parkir truk tangki air. Letak rumah makin jauh dari jalan raya, maka makin mahal harga air per tangkinya.
Menurut Tumiyo, air 1 tangki itu biasanya akan habis dalam waktu 1 bulan. Itu untuk keperluan rumah tangga seperti air minum, memasak, dan lain-lainnya. Sedangkan untuk keperluan mandi, setiap pagi dan sore anggota keluarga Tumiyo mandi di sumur yang terletak dekat Pantai Sundak. Menurutnya, penggunaan air sejumlah 1 tangki untuk jangka waktu selama itu sudah terbilang sangat irit.
“Kalau hanya mengandalkan air tangki, bisa-bisa 1 minggu sudah habis. Tapi warga sini kan kebanyakan punya sumur di daerah Pantai Sundak. Jadi kalau mandi dan dan mencuci kami ke sumur,” lanjutnya.
Jarak rumah Tumiyo ke sumur miliknya sekitar 4-5 km, sedangkan jarak sumur ke bibir pantai diperkirakannya 400an meter. Jadi untuk mandi dan mencuci setiap pagi dan sore, keluarga Tumiyo serta hampir semua tetangganya harus menempuh jarak sejauh itu.
Terkait besarnya alokasi dana pemerintah yang diperuntukkan droping air yang mencapai ratusan juta rupiah, Tumiyo berharap agar pemerintah bisa mengalokasikan ke program lain, dengan alasan air yang diterima warga tak seberapa. Namun ia berharap, program itu nantinya juga masih dalam rangka untuk mengatasi kekurangan air bersih bagi warga di lingkungannya.
“Saya setuju sekali kalau dana itu diperuntukkan untuk membantu pengadaan alat memompa air di sumur dan membantu mengalirkannya ke rumah warga. Daripada dapatnya cuma 2 pikul, habis buat 1hari. Air itu sebenarnya ada, tapi alatnya yang nggak ada,” pungkasnya penuh harap. (Sumaryanto/Jjw).