WONOSARI, (KH) — Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Gunungkidul mengkhawatirkan adanya perang fee yang mengakibatkan banyaknya muncul joki, seiring dengan pesatnya kunjungan wisatawan ke Goa Pindul, Bejiharjo, Karangmojo.
Kepala Bidang Pengembangan Produk Wisata, Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Gunungkidul, Hari Sukmono mengatakan, pihaknya akan melalukan himbauan kepada pengelola Goa Pindul agar menyeragamkan tarif kepada wisatawan.
“Banyaknya joki Goa Pindul disebabkan adanya perang fee antar pengelola, sehingga banyak joki yang berebut wisatawan,” kata Hari saat ditemui di kantornya, akhir pekan lalu.
Dia menjelaskan, para pengelola di Goa Pindul seharusnya tidak melalukan perang fee, tetapi saling berpacu dalam pelayanan. Terjadinya perang fee hanya akan menjadikan persaingan yang tidak sehat.
“Para pengelola seharusnya dapat menyeragamkan tarif, sehingga tidak ada pengelola yang memberikan tarif lebih rendah kepada wisatawan,” katanya.
Hingga saat ini, Hari melihat masih ada pengelola yang tidak memenuhi ketentuan sesuai tarif yang ditetapkan. Hal itu terutama terjadi ketika pengelola menerima kunjungan wisatawan dalam jumlah besar (group).
Dia memaparkan, tarif Goa Pindul ditetapkan sebesar Rp.35 ribu, Saat memasuki kawasan destinasi wisata Bejiharjo, secara terpisah wisatawan akan dikenakan pemungutan retribusi sebesar Rp. 10 ribu.
“Jika tarif diseragamkan, saya yakin joki akan hilang dengan sendirinya. Keberadaan Joki juga membingungkan wisatawan,” ungkapnya.
Menurut dia, perang fee karena pengelola menawarkan harga terendah untuk menarik wisatawan masuk ke Goa Pindul. Hal itu jika tidak segera diatasi, akan berdampak pada image perkembangan wisata di Gunungkidul. (Juju/Tty)