YOGYAKARTA,– COVID-19 telah menghambat kegiatan ekonomi manusia pada seluruh negara. Pada negara-negara bekembang, hal ini dapat merusak perekonomian negara-negara tersebut, contohnya pada segi sektoral, berawal dari ditutupnya industri berskala kecil, hingga gangguan di sektor pariwisata dan penerbangan. Ekspor dan lemahnya industri pariwisata ini membuat ekonomi di negara berkembang menjadi terganggu. Hampir semua perokonomian di wilayah Asia Tenggara terdampak COVID-19.
Kepadatan penduduk yang tinggi juga ber-relasi terhadap perekonomian di setiap wilayah. Bukti bahwa COVID-19 telah memberi dampak perekonomian dapat dilihat dari tindakan lockdown yang diberlakukan pemerintah serta dari PDB 1 Januari 2021 sampai 31 Mei 2021, hal ini memungkinkan kita untuk mengukur tindakan pemerintah dalam penetapan PDB.
Kita dapat melihat bahwa terdapat kolerasi positif marginal antara PDB dan langkah-langkah ketat mengenai hal ini. Ini menunjukan fakta bahwa tindakan lockdown berdampak pada PDB hingga tingkat tertentu.
Indonesia mengalami situasi COVID-19 yang semakin memburuk, walaupun ada langkah-langkah ketat. Tetapi, angka kematian akibat terkena COVID-19 semakin tinggi. Berikut beberapa untaian literatur yang ada kaitanya dengan COVID-19 dari sudut pandang ekonomi, sosial, dan institusional yang berbeda di seluruh dunia.
Analisis dampak COVID pada masing-masing sektor dimulai dari tahun 2020 dan seterusnya. Kemudian ditemukan dampak yang signifikan antara COVID-19 terhadap pertumbuhan ekonomi, diantaranya yaitu peningkatan kasus COVID-19 mengikuti pertumbuhan ekonomi, dorongan vaksinasi yang telah ditemukan tidak sesuai. Hal seperti ini dapat terlihat bahwa vaksinasi dan pencarian kasus COVID-19 tidak seragam di seluruh wilayah.
Menurut WHO, dan basis data pelacakan COVID-19 dari Universitas John Hopkins, South and Asia Tenggara memiliki jumlah infeksi dan tingkat kematian COVID-19 tertinggi ke-3 setelah Eropa dan Amerika Serikat. Faktanya, kawasan ini menempati urutan pertama dalam hal tingkat infeksi COVID-19 di antara blok berkembang dan di bawah berkembang secara global.
Selanjutnya, wilayah ini memiliki salah satu tingkat infeksi COVID-19 tertinggi per setiap 100.000 penduduk pada tahun 2020. Pada tahun 2021, wilayah ini telah berjuang dengan kasus kematian tertinggi, meskipun beberapa tingkat vaksinasi yang menjanjikan di beberapa ekonomi di wilayah tersebut.
Hasil menunjukkan bahwa untuk setiap 1% tingkat vaksinasi ditingkatkan, PDB tumbuh 0,001% menjadi 0,003%. Selain itu, kami melihat bahwa setiap kenaikan 1% dalam tindakan lockdown yang dipimpin pemerintah menyebabkan penurunan pertumbuhan PDB sebesar 0,114% menjadi 0,121%. Hal yang sedemikian ini seharusnya dihindari, karena dapat mengakibatkan menurunnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia termasuk wilayah Bantul.
Selain itu, diberlakukannya lockdown oleh pemerintah, mengakibatkan pemerintah harus membiayai masyarakat yang terdampak oleh COVID-19, kondisi ini akan memngaruhi APBN negara juga.
Penulis : Aswin Zannuard Brahma Syahputra, Niky Prastio, Johannes Maysan Damanik S.E., M.Sc. (Fakultas Ekonomi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa)