PLAYEN, (KH),– Pencapaian vaksinasi di Gunungkidul masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan kabupaten dan kota lain di DIY. Beberapa kendala mendasar yang ditemui adalah luasan wilayah dan medan berbukit-bukit di Gunungkidul, menyebabkan mobilisasi masyarakat terutama kelompok rentan mengalami kesulitan.
Berbagai terobosan dilakukan berbagai pihak untuk mendongkrak angka vaksinasi. Salah satunya adalah program dari Badan Intelijen Negara (BIN) DIY. BIN ikut menggalakkan percepatan vaksinasi di Gunungkidul dengan program Kolaborasi Antar Inisiator Vaksin atau “Kobaran Vaksin,”, dengan menggandeng 4 Instansi pemerintah yaitu Dinas Kesehatan, BKK, Dinas Sosial dan Disdikpora.
Program Kobaran Vaksin ini, setelah menyasar pelajar dan santri pondok pesantren, pada Selasa (31/8/2021), BIN kembali menggandeng empat dinas terkait untuk menggelar agenda Vaksinasi untuk masyarakat berkebutuhan khusus (Difabel) dan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di GOR Siono, Kapanewon Playen.
Perwakilan BIN DIY di Gunungkidul, Eko Susilo mengatakan, pencapaian angka vaksinasi Covid-19 di Gunungkidul sebelum bulan Juli kemarin memang masih rendah, akan tetapi dengan berbagai terobosan yang dilakukan banyak pihak, membuat angka ini naik dengan signifikan.
“Awal bulan Juli 2021 Gunungkidul masih di bawah angka capaian 30 %, tapi sekarang ini sudah di atas angka 44 %,” ujar dia, Selasa (31/8/2021) disela-sela vaksinasi.
Menurut dia, peningkatan capaian secara signifikan ini, tidak lepas dari upaya terobosan BIN DIY bersama Pemkab Gunungkidul dalam memecah kemacetan vaksinasi akibat kendala geografis dalam memobilisasi masyarakat rentan seperti lansia dan juga penyandang disabilitas.
“Selain tetap menggelar vaksinasi Lansia di Puskesmas, BIN bersama Satgas Covid-19 juga menyasar pelajar atau remaja usia 12 s/d 17 tahun yang relatif potensial untuk dimobilisasi,” lanjut Eko.
Menurutnya, dari terobosan-terobosan yang dilakukan, hasilnya terjadi lonjakan capaian vaksinasi yang sangat signifikan.
“Untuk agenda hari ini, rencana awal vaksinasi untuk 300 sampai 350 orang. Dengan menggandeng Dinsos, kami menyasar masyarakat berkebutuhan khusus, seperti penyandang disabilitas atau masyarakat yang terhalang askesnya untuk mendapatkan vaksin,”
“Khusus untuk kelompok tunanetra, vaksinasi kami lakukan secara door to door dengan mendatangi rumah ke rumah,” imbuh Eko lagi.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dewi Irawaty yang hadir di acara tersebut menyatakan, pihaknya memang mengakui bahwa angka vaksinasi untuk penyandang disabilitas dan juga ODGJ di Gunungkidul masih sangat rendah.
“Sasaran vaksinasi untuk penyandang disabilitas dan ODGJ sebanyak 4151 orang, namun untuk vaksinasi dosis I baru 496 orang atau 11,95 persen, dan dosis kedua baru 22 orang,” terangnya.
Namun begitu, Dewi yakin dengan banyaknya terobosan yang dilakukan oleh berbagai pihak, target vaksinasi akan bisa dicapai.
“Banyak hal yang mempengaruhi capaian, termasuk ketersediaan vaksin, tapi untuk stok masih bisa dikatakan aman. Walau memang ketersediaan vaksin bersifat fluktuatif sekali,” lanjutnya.
Dewi juga menyampaikan bahwa terkait antisipasi Pandemi, untuk saat ini di Gunungkidul masih dalam penerapan PPKM, sesuai keputusan pemerintah pusat yang diperpanjang sampai tanggal 6 September 2021.
“Untuk penentuan level PPKM-nya baru akan dirapatkan, tapi kami tetap menyarankan dan siap jika status tetap pada level 4, demi upaya agar Pandemi bisa segera teratasi,” pungkasnya. (Edi Padmo)