WONOSARI, (KH) — Sekelompok anak-anak beserta beberapa orang pengasuhnya yang tergabung dalam Seni Reog Sastro Budoyo di Padukuhan Karangasem Desa Mulo berusaha patungan dana untuk membiayai perlengkapan seni reog yang baru saja beberapa bulan didirikannya. Anak-anak yang kesemuanya masih SD ini terlihat begitu semangat di setiap latihan diselenggarakan.
Ketua kelompok Seni Reog Sastro Budoyo, Sanut, menuturkan sebanyak 12 anak yang tergabung, masing-masing mengumpulkan uang sebanyak Rp 100 ribu. Hal ini juga berlaku bagi para pengurus yang turut ingin menampung bakat seni mereka.
“Selama ini padukuhan kami tiap kali ada acara yang melibatkan seni reyog selalu mengundang dari desa lain. Awalnya memang ide anak-anak yang mendorong seni reog ini berdiri, sedangkan kami yang tua-tua mencoba untuk menfasilitasi bakat seni mereka dan mencari tambahan biaya,” jelas Sanut, Senin (13/10/2014).
Seni reog ini berdiri didukung oleh para sesepuh padukuhan yang pada masa mudanya juga sebagi pemeran reog. Mereka turut melatih belasan anak-anak yang berlatih tiap dua minggu sekali.
“Untuk jaran kepang (kuda lumping) kita membuat sendiri. Tapi untuk perlengkapan seperti bende, kendang, dan kostum memang harus membeli. Sebenarnya dana kurang, tapi beruntung kemarin dapat sumbangan dari kas RT sehingga sangat membantu,” lanjutnya.
Meski dengan keadaan yang sangat sederhana, group reok ini terlihat sangat semangat menjalaninya. Apalagi seminggu lagi mereka akan tampil dalam acara rasulan di padukuhannya sehingga anak-anak begitu antusias dalam berlatih.
Disinggung soal bantuan dana pemerintah bidang seni budaya, dana keistimewaan (Danais), dengan polos Sanut mengungkapkan ketidaktahuannya.
“Pernah dengar istilah Danais, tapi saya tidak tahu kalau hal itu bisa untuk membiayai kegiatan semacam kesenian reog ini. Jangankan mendapatkan dana itu, apa arti Danais dan bagaimana cara mendapatkannya saja saya tidak tahu,” ucapnya.
Sangat disayangkan, meski Danais telah dikeluarkan selama tahunan oleh pemerintah namun ada fakta memprihatinkan seperti ini. Apakah memang warga yang kurang aktif mencari tahu tentang Danais, atau pemerintah yang memang kurang melakukan sosialisasi?
Melihat kenyataan seperti ini mungkin perlu dievaluasi kembali tentang teknis penyaluran Danais yang selama ini telah digelontorkan pemerintah. Hal ini sangat perlu dilakukan agar penggunaan Danais benar-benar tepat sasaran dan bukan hanya orang-orang tertentu saja yang tahu tentang alur dan celah proposal pengajuan Danais saja yang bisa merasakannya.
Fakta ini sebenarnya sungguh sangat ironis bila dilihat dari fakta yang mengatakan, bahwa penyerapan Danais kurang maksimal. Seumpama orang-orang seperti anggota Reog Sastro Budoyo dan mungkin ribuan warga lain bisa merasakannya, niscaya kurang maksimalnya penyerapan Danais tak bakalan terjadi.(Maryanto/Tty)