PATUK, (KH),–Tanaman lili hujan atau yang populer di sebut Amarylis yang berada di Desa Salam, Kecamatan Patuk, Gunungkidul tidak berbunga secara maksimal. Dari total luasan lahan yang dikembangkan hanya sebagian kecil saja tanaman yang berbunga.
Pengelola, ketua Pokdarwis Puspa Patuk, Ngadija mengatakan, dari areal pengembangan seluas sekitar 1 Ha, hanya seluas 200 meter persegi saja yang berbunga. “Itu pun kondisinya tidak begitu baik,” ujarnya, Senin, (17/7/2017).
Dirinya mengatakan, tanaman yang kemudian dinamakan oleh pengembang disebut bunga Puspa Patuk tersebut telah berbunga sejak satu minggunan yang lalu. Akan tetapi, kawasan pengembangan bunga yang berada di Padukuhan Ngasem Ayu tersebut tak banyak menunjukkan adanya kunjungan wisatawan yang banyak.
Kedatangan Bupati Gunungkidul, Badingah, S. Sos ke lokasi beberapa waktu sebelumnya juga tak begitu berpengaruh dalam mendongkrak jumlah kunjungan. “Ibu bupati beberapa waktu menyempatkan hadir. Kunjungan hari Minggu kemarin biasa saja, sepi,” keluh lelaki yang akrab disapa Itok ini.
Apabila dihitung, dalam kurun waktu satu minggu pengunjung yang datang untuk menikmati pemandangan sekaligus berfoto tak lebih dari seratusan orang.
Sebelumnya, Bupati didampingi Camat Patuk, R. Haryo Ambar Suwardi, menyempatkan datang melihat langsung bunga Amarylis di kebun milik Sukadi di Patuk. Bupati berharap bunga Amarylis secara keseluruhan mekar dengan baik.
Sebagaimana diketahui, bunga Amarylis populer sejak tahun 2015 lalu. Meski bunga tidak berumur lama akan tetapi hamparan bunga yang luas saat mekar secara serempak sempat membuat penasaran banyak orang untuk datang. Mereka datang untuk menyaksikan keindahan bunga sekaligus berfoto. Saat itu hasil retribusi dari pengunjung yang datang mendatangkan cukup banyak pendapatan uang bagi pengembangnya.
Setelah itu, upaya pengelolaan dengan pembentukan Pokdarwis serta pengembangan yang lebih massif dilakukan. Pengelola menyayangkan, dua tahun setelahnya kondisi iklim dan cuaca merubah prediksi yang ada.
“Tahun 2016 sama sekali tak berbunga, disebebkan adanya kemarau basah, tahun ini juga hanya sebagian kecil saja,” imbuh Ngadija.
Sementara itu, secara terpisah Ketua BUMDes Desa Salam, Suprapti Purnamaningrum, mengutarakan, salah satu pengembangan kepariwisataan yang berkaitan dengan awal munculnya Amarylis yakni munculnya Batik motif Amarylis yang berhasil dibuat sekaligus dipatenkan. “Kain batik dapat menjadi oleh-oleh produk lokal dari Desa Salam,” terangnya. (JNE/ Kandar)