Pelawak ternama ini merasa lebih nyaman disebut sebagai pelaku dagelan. Ia berkisah, perjalanan hidupnya penuh liku, baik dalam berkesenian maupun kehidupan nyata sehari-hari. Hidup berkesenian Mbah Waluyo diawali dari tobong ketoprak.
Ya, waktu itu ketoprak tobong masih menjadi pertunjukan yang populer dan mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Ibaratnya dunia ketoprak tobong masih mampu menghidupi para anggotanya. Di wadah kesenian rakyat ini ia digembleng oleh ayahnya yang menjadi tokoh seni ketoprak.
Waluyo sempat banting setir menjadi sopir ketika dunia ketoprak tobong meredup. Bahkan ia pernah menjadi sopir truk besar yang mengangkut muatan antarpulau. Di sini ia bersyukur, karena membawanya bisa mengenal berbagai wilayah di kawasan timur Indonesia saat mengantar orderan barang muatan dari tempat bekerjanya.
Ketika krisis ekonomi melanda, Waluyo pulang kampung ke Gunungkidul karena terkena pengurangan karyawan dari tempatnya bekerja. Di tengah kondisi krisis justru semangat berkeseniannya bangkit kembali. Ia kembali mengolah diri menggeluti dunia lama yang pernah menjadi jati dirinya.
Pernah ia bergabung dengan CSGK atau Campursari Gunungkidul bersama maestro campursari Anto Sugiyanto atau Mantous. Mbah Waluyo juga turut memeriahkan pentas pertunjukan wayang kulit, mulai dari Ki Sutono, Ki Seno Nugroho, dan beberapa dalang kondang lainnya.
Cerita perjalanan hidup Mbah Waluyo semakin menegaskan bahwa pelaku seni ini benar-benar legenda hidup dagelan dari Gunungkidul, Yogyakarta, bahkan Indonesia. Pengen ikuti obrolan lengkap dengan Mbah Waluyo… Yuk ikuti dipodjok saja… Special Space from KH Files.
Simak: https://youtu.be/fmlDiagrvcE