GUNUNGKIDUL, (KH),– Sabtu, (12/12/2020) malam tadi diperingati 40 hari meninggalnya dalang fenomenal, alm. Ki Seno Nugroho. Kepergiannya menghadap Sang Khalik yang begitu mendadak menyisakan kesedihan mendalam bagi penggemar seni wayang kulit. Tentu saja tak hanya penggemar yang berduka, keluarga besar Karawitan Wargo Laras, pengiring pertunjukkan Ki Seno juga bersusah hati.
Seperti diutarakan Ika Suhesti (33), satu-satunya pesinden asal Kabupaten Gunungkidul yang bergabung dengan Margo Laras ini seolah tak percaya dengan kepergian Ki Seno untuk selama-lamanya.
Saat ditemui, Minggu (13/12/2020), perempuan asal Kalurahan Hargosari, Kapanewon Tanjungsari ini mengisahkan, ia syok ketika menerima berita duka di group Whatsapp (WA). Perasaannya gusar. Ia berusaha mengejar kebenaran informasi itu. Air matanya meleleh tak bisa ditahan usai admin group membenarkan lelayu itu.
Putri tunggal pasangan Supono dan Parinem ini lantas meluncur ke rumah sakit di Yogyakarta tempat Ki Seno menghembuskan nafas terakhir.
Ketika ia turut melantunkan gendhing ‘Ladrang Gajah Seno’ pengantar dalang yang seolah menjadi bapak ke dua baginya ini ke peristirahatan terakhir, hatinya seolah tercabik. Air mata Ika kembali terurai tak terbendung.
“Tak hanya sebagai pimpinan Wargo Laras. Ki Seno seperti orang tua yang sering memberi nasihat-nasihat baik,” ujar ibu satu anak ini.
Ditanya soal kenangan, pesinden yang menggeluti dunia tarik suara sejak SMA ini teringat pertemuan pertamanya dengan narator dialog tokoh wayang yang namanya moncer sejak beberapa tahun terakhir itu. Awalnya ia menjadi sinden mengiringi pagelaran wayang kulit di sebuah hajatan di wilayah Purworejo 5 tahun lalu. Saat itu Ki Seno hadir turut menyaksikan. Usai acara, Ki seno menghampirinya lantas memberi tawaran kepadanya bergabung ke Wargo Laras. Ia kaget campur bahagia. Tak pikir panjang Ika menyanggupi tawaran itu.
Tak ada latihan bagi Ika sebelum tampil dengan Ki Seno. Usai pertemuan di Purworejo, jadwal pertunjukkan kemudian disodorkan. Meski merasa gugup, pentas perdana dapat dilalui dengan baik. Dari pentas pertama ke pentas-pentas selanjutnya mampu dia ikuti dengan lancar.
Dimata Ika, Ki Seno merupakan dalang yang bijak serta pandai memotivasi pesinden. Meski Ika sempat nervous karena rekan nyinden sebagian besar lulusan sarjana seni, Ki Seno mampu memberi dukungan dan mengangkat kapasitas pesinden sehingga mengeluarkan kualitas terbaik.
“Sebulan rata-rata hanya libur 4 kali. Meski bergabung dengan Ki Seno, saya masih menerima job nyanyi di Gunungkidul,” ungkapnya.
Jadwal yang padat jelas menguras energi. Namun, karena rutinitas pekerjaan itu berangkat dari hobi, Ika tak merasakannya sebagai beban. Pentas pindah dari kota satu ke kota lain bersama keluarga Wargo Laras menjadi hari-hari yang menyenangkan baginya.
Semangatnya membersamai Ki Seno seolah tanpa capek juga tak lepas dari interaksi yang harmonis di keluarga Wargo Laras. Ki Seno sendiri, sebagai pimpinan tak meminta dianggap sebagai atasan. Ki Seno tak mau dihormati berlebihan. Ia juga tak butuh privilage diantara kru Wargo Laras.
“Ibaratnya kalau yang lain nggak makan, Ki Seno juga nggak makan. Saat di luar kota misalnya, sebelum tampil jika perlu istirahat di hotel, Ki Seno selalu ikut tidur bareng-bareng dengan kru dan pengiring. Gojek dan berguarau tanpa membedakan posisi kru di Wargo Laras,” terang Ika.
Setelah dalang kondang berusia 48 tahun itu tutup usia, Wargo Laras kini tetap menyelesaikan satu persatu tanggapan yang sebelumnya telah masuk. Di Wargo Laras memang tak hanya Ki Seno yang berperan sebagai dalang. Ada Ki Geter Pramuji Widodo, Ki Eko Santoso, Ki Kiswan Dwinawa Eka serta sinden yang bisa merangkap dalang, Elisha Oscarus Allasso.
Ika mengaku akan tetap bertahan menjadi bagian Wargo Laras. Jika nanti jadwal padat, job di Gunungkidul yang dipertimbangkan akan dikurangi. (Kandar)