HUT IKG Ke 48: Tradisi Rasulan Digelar Di Ibu Kota Jakarta

oleh -7210 Dilihat
oleh
Ketua Umum IKG, Edy Sukirman. saat peringatan HUT IKG ke 48. foto: istimewa.
Ketua Umum IKG, Edy Sukirman. saat peringatan HUT IKG ke 48. foto: istimewa.

JAKARTA, (KH),– Tradisi Rasulan digelar di ibu kota Jakarta, Minggu, (27/01/2019). Pelaksanaan kegiatan yang berlangsung di Bumi Perkemahan Ragunan, Jakarta tersebut menjadi rangkaian peringatan hari jadi Paguyuban Ikatan Keluarga Gunungkidul (IKG) yang ke-48.

Kegiatan tersebut diikuti warga perantauan asal Gunungkidul yang berada di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek). Layaknya pelaksanaan di Gunungkidul, parade gunungan dari 18 Kecamatan mewarnai Rasulan di Jakarta. kuliner khas, ingkung Gunungkidul juga disusun menyatu dengan Gunungan, melengkapi parade yang pesertanya mengenakan kostum pakaian khas Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Ketua Umum IKG, Edy Sukirman, mengungkapkan, saat ini ada sekitar 300 ribu warga dari 18 Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul yang tersebar di Jabodetabek.

“Tidak kurang dari 10.000 warga Gunungkidul hadir dalam perayaan hari jadi IKG yang ke-48 ini,” ungkapnya.

Pihaknya menyatakan, IKG siap turut serta mensukseskan program dari Pemerintah Kabupaten Gunungkidul. Ditandaskan, keluarga yang tergabung di IKG siap membantu untuk kemajuan Gunungkidul.

“Saat ini paguyuban juga memiliki sekolah yang diberi nama sekolah IKG yang berada di Kalimalang, Bekasi,” kata Edy Sukirman bangga.

Dalam kesempatan yang sama, salah satu warga Gunungkidul yang sukses dan berdomisili di Kampung Makasar, Jakarta, Mohammad Solikin menyampaikan ajakan kepada sesama putra daerah untuk berinvestasi di kampung halaman.

Direktur Utama PT. Kinarya Abadi Indonesia ini menyampaikan keinginan untuk berinvestasi di sektor perumahan, perhotelan, dan homestay. Sesuai usaha yang digeluti selama ini yakni bergerak di bidang properti.

M. Solikin berharap ada kerja sama yang baik antara Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dengan swasta (investor).

“Pemda Kabupaten Gunungkidul tinggal menyediakan lahannya, biar kami dari swasta yang mengembangkan propertinya,” tegasnya.

Sambung pengembang properti ini menandaskan, bersama beberapa rekan yang berada di asosiasi properti pun mengaku tertarik untuk berinvestasi di sektor pariwisata.

Sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul, bahwa PAD terbesar Gunungkidul berasal dari sektor pariwisata. Akan tetapi Gunungkidul belum maksimal menikmati ‘kuenya’, dikarenakan kebutuhan akan akomodasi belum maksimal. Sehingga wisatawan memilih tinggal sementara atau menginap di luar Gunungkidul.

Berkesempatan hadir di tengah peringatan hari jadi IKG, Bupati Gunungkidul, Badingah, S.Sos., mengaku bangga, Rasulan dan Ingkung, dua ikon dari Kabupaten Gunungkidul menjadi bagian dari perayaan hari jadi IKG pada tahun ini.

“Saya bangga ikon Rasulan dan Ingkung dipakai untuk memperingati ultah IKG. Saya merasa Kabupaten Gunungkidul dipindahkan ke Jakarta,” ujarnya.

Rasulan, terang Badingah, memiliki filosofi yang luar biasa, yaitu bentuk rasa syukur warga kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah diberi berkah berupa banyak kenikmatan. Filosofi lainnya yakni merupakan bentuk guyub rukun masyarakat Gunungkidul yang mengandung nilai-nilai sosial.

Kebanggan lain yang ia rasakan, meski warga jauh di perantauan, akan tetapi tetap melestarikan kebudayaan yang adiluhung tersebut.

“Artinya, kearifan lokal dan budaya dari Gunungkidul tetap dibawa kemanapun mereka berada,” terang Badingah.

Dalam kesempatan tersebut Badingah juga menyampaikan perkembangan tanah kelahirannya. Menurutnya telah banyak perubahan yang terjadi di Gunungkidul. Mulai dari sisi infrastruktur, pertumbuhan ekonomi dan pariwisata.

Sebut Badingah, perkembangan pariwisata, ekonomi kreatif, hingga industri terus berkembang. Hal ini tidak terlepas dari berkembangnya infrastruktur di Gunungkidul. Diungkapkan, dari sisi ekonomi, angka kemiskinan di Gunungkidul sudah turun 1,3 persen. Aspek infrastruktur juga semakin membaik, salah satunya Jalan Jalur Lintas Selatan (JJLS) pembangunannya hampir selesai.

Adapun untuk mengurai kemacetan dan mempersingkat akses dari Gunungkidul ke Sleman telah dibangun jembatan Sembada Handayani. Jembatan dengan panjang 90 meter ini berada di Desa Ngoro Oro Kecamatan Patuk, Gunungkidul. Jembatan tersebut menghubungkan Gunungkidul dengan dengan Desa Gayamharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman.

Masih seputar infrastruktur, Kabupaten Gunungkidul juga telah memiliki jalan dan jembatan Plasari.

“Jembatan yang menghubungkan Kecamatan Playen dan Gedangsari ini diharapkan mampu mengurai kemacetan di wilayah bagian barat,” tukasnya. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar