Petani Lahan Basah Menyesal Tak Ikut Asuransi

oleh -4810 Dilihat
oleh
Lahan pertanian yang rusak di Karangmojo akibat banjir. KH/ Sugeng.
Lahan pertanian yang rusak di Karangmojo akibat banjir. KH/ Sugeng.

GUNUNGKIDUL, (KH),– Para perani yang mengalami gagal panen akibat  banjir beberapa waktu lalu mengalami kerugian yang cukup besar akibat tanamam padi yang gagal panen. Mereka menyesal tidak ikut asurasi yang pernah ditawarkan.

Sutarno salah satu petani asal Dusun Gelaran I, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo mengatakan, ternyata asuransi pertanian memamg sangat bermanfaat. Pihaknya pernah mendapatkan penawaran untuk ikut asuransi pertanian namun saat itu tawaran tersebut tidak  dihiraukan.

“Setelah tahu manfaatnya ya menyesal, dulu jika ikut asuransi kerugian bisa ditanggung pihak asuransi,” katanya kepada sejumlah media, Selasa (12/12/2017).

Dia mengatakan akibat banjir bandang kerugian ditafsir mencapai Rp. 5 juta. Kerugian tersebut diantaranya terkait pembelian benih, pupuk, hingga pengelolaan lahan. Kini Sutarno hanya bisa pasrah atas bencana yang terjadi dan berusaha bangkit dari keadaan.

“Kami pernah mendapat sosialisasi tentang asuransi pertanian bersama dengan ratusan petani yang tergabung dalam kelompok tani Sari Bumi terkait asuransi usaha tani padi (AUTP). Dulu kami diminta membayar premi Rp.36.000 per hektar,” ungkapnya.

Senada dengan Sutarno, Sarino salah satu petani Gelaran I, Desa Bejiharjo, mengatakan hal serupa. Saat mandapat sosialisasi tentang asusransi pihaknya hanya tertawa dalam hati. Bapak 3 orang putra ini justru berfikir mengasuransikan tanaman merupakan hal lucu. Asuransi menurut dia selayaknya diberikan kepada manusia.

“Akibat banjir, tanah setebal 1,5 meter saya hilang dan tinggal bebatuan. Ya sudah tidak bisa berbuat apa-apa, yang masih ada tanahnya ya kita tanami lagi. Kalau batu ya biarkan saja,” urainya.

Dihubungi terpisah, Dinas Pertanian dan Pangan, Raharjo Yuwono mengatakan total ada 543 hektare lahan tanaman pangan yang gagal panen karena banjir dengan kerugian mencapai Rp. 4-5 miliar. Pihaknya mengatakan tidak ada petani yang ikut asuransi dari jumlah petani yang terdampak banjir.

“Dari pihak asuransi hanya petani yang mempunyai lahan persawahan basah saja yang boleh ikut asuransi. Dari 1.500 petani berdasarkan data hanya sekitar 300 petani yang mengikuti asuransi tersebut,” ungkapnya. (Wibowo)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar