KARANGMOJO, (KH)— Dengan adanya kucuran dana dari Dinas Kebudayaan DIY, Desa Budaya Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Rabu, (25/8/2016) menyelenggarakan Gelar Potensi Budaya. Pada kesempatan ini puluhan potensi budaya meliputi pertunjukan seni lokal, kerajinan alat pertanian, kuliner khas, kerajinan blangkon, hiasan dinding dan lainnya ditampilkan.
Disampaikan Penanggung jawab kegiatan, Hargo Warsono, digelarnya berbagai potensi budaya tidak sekedar merealisasikan adanya kucuran dana sebagaimana program yang ada, tetapi didalamnya terdapat beberapa fungsi, diantaranya fungsi pembinaan, motivasi, dan fasilitasi.
“Kita raih juga sebagai upaya regenerasi. Untuk kelompok seni yang telah tampil sengaja kita libatkan mereka yang memiliki frekuensi tampil rendah, karena kita ingin ada regenerasi dan motivasi,” kata dia disela kegiatan.
Pihaknya mengungkapkan, jumlah dana yang diberikan sebanyak Rp. 26 juta, dana ini menurut dia sangat berarti karena tanpa dana tersebut desa tidak memiliki cukup biaya untuk menyelenggarakannya. Bagi kelompok seni yang ditampilkan diharapkan dapat termotivasi, serta mampu bangkit agar tetap eksis.
Ketua Dewa Budaya Bejiharjo ini menambahkan, strategi kaderisasi yang digagas melibatkan atau bekerjasama dengan lembaga pendidikan dinilai sangat efektif, hal ini dapat dilihat sebagian dari keseluruhan yang tampil pada seni pertunjukan berasal dari kelompok seni yang basisnya dari institusi pendidikan di Bejiharjo.
“Dari jenjang SD misalnya ada reog dan karawitan, dari SMP ada mocopat, seni tari, kerajinan, dan lainya, memang sebagian besar dari masyarakat umum,” tambah Guru SMP 2 Karangmojo ini.
Kedepan dia berencana akan lebih intens lagi dalam mengupayakan agar budaya dan seni dekat dengan pelajar, seperti dicontohkan, dalam waktu dekat ini kerjasama akan dijalin antara pengrajin blangkon degan sekolah SMP untuk menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler pembuatan blangkon.
Lebih jauh disampaikan, dalam gelar seni budaya juga digelar tradisi adat yang dikemas menjadi seni pertunjukan, seperti adat bersih kali dan tradisi labuh, tradisi yang erat kaitanya dengan kegiatan pertanian masyarakat.
Kegiatan yang dihadiri oleh Kepala Dinas Budaya DIY, Disbudpar Gunungkidul, Muspika Karangmojo serta tamu undangan dilengkapi dengan sesi penyampaian penilaian berupa saran dan kritik dari tim Pengamat.
Salah satu Tim pengamat, Drs N Gandung Djatmiko Mpd berkomentar, menurutnya kegiatan yang pernah digelar pada 2012 silam lebih semarak, ia sempat sampaikan beberapa kritik dan harapan mengenai beberapa hal yang telah ia amati.
“kuliner lokal berbahan Canthel hendaknya mengikuti perkembangan variasi rasa agar dapat diterima disemua kalangan, termasuk anak kecil. Rasa yang disajikan masih sangat natural, harapanya semakin banyak peminat akan menaikkan jumlah produksi,” ujar Gandung.
Dia juga berharap, bahwa salah satu icon Bejiharjo yakni Wayang Sada jangan sampai punah. Salah satu aset budaya dan seni satu-satunya ini perlu adanya regenerasi sekaligus perbaikan manajemen pemasaran agar berkembang. (Kandar)