PALIYAN, kabarhandayani.– Dengan membuat usaha yang ia tekuninya membuat pemuda yang satu ini berbeda dengan kebanyakan pemuda lain. Kebanyakan pemuda lebih memilih pekerjaan ataupun kegiatan yang ringan dan tidak bersifat kotor-kotoran.
Bekerja di perkantoran lebih banyak dipilih daripada mereka harus memelihara cacing dengan pekerjaan yang memerlukan tenaga dan harus berinteraksi langsung dengan cacing serta makanannya. Pekerjaan tersebut dipilih oleh Sentot (33) warga Corot, Karangduwet, Paliyan sebagai peternak cacing. Pemuda yang memutuskan untuk berwirausaha di kampung halamannya tersebut mulai beternak cacing pada tahun 2012 lalu.
“Dulu saya bekerja di Batam namun karena saya rasa di Batam tidak bisa membuat saya berkembang saya putuskan untuk pulang kampung dan memelihara cacing,” katanya, Sabtu (6/9/2014).
Sentot memaparkan cacing merupakan hewan yang kadang dianggap kurang bermanfaat khususnya untuk bisnis. Namun ia berhasil membuktikan bahwa cacing mempunyai harga jual yang cukup tinggi. “Kadang kita menyepelekan hal-hal kecil, alangkah baiknya jika hal-hal kecil tersebut dipelajari lebih dalam dan bisa menjadi sesuatu yang berharga,” paparnya.
Ia menjelaskan untuk cacing yang dipeliharanya adalah jenis cacing rumbricus rubellus yakni cacing yang sering di jadikan umpan pancing oleh para pemancing. Menurutnya jenis cacing tersebut dapat berkembang sekalipun di cuaca panas seperti cuaca di Gunungkidul. “Setelah saya coba memelihara ternyata cacing tersebut mampu bertahan dalam iklim panas seperti di Gunungkidul ini,” jelasnya.
Lebih lanjut Ia menjelaskan awal mula mendapatkan indukan dari saudaranya yang lebih dulu menangkarkan cacing. Kemudian ia kembangkan sendiri hingga cacing tersebut berkembang biak menjadi banyak. “Modal awal membeli indukan 5 kilogram, dan saya kembangkan hingga menjadi 10 kilogram, untuk saya kembangkan lagi,” tandasnya.
Untuk pakan yang digunakan ia mengaku meracik sendiri pakan cacing tersebut dengan komposisi BR, dicampur dengan ampas tahu. Karena kedua bahan makanan tersebut mengandung protein yang dapat mempercepat pertumbuhan cacing.
Ia menambahkan untuk pemasaranya, cacing peliharaannya dipasarkan ke toko pakan burung dan pemancingan di sekitar rumahnya. “Awalnya butuh waktu untuk mengenalkan produk saya ini, namun setelah berhasil mereka saat ini sudah mulai berlangganan untuk produk dari cacing yang saya kembangkan,” imbuhnya.
Dalam waktu seminggu Sentot dapat memanen cacing sebanyak 10 hingga 15 kilogram kemudian ia harus mengemas cacing yang akan dijualnya. “Untuk satu bungkus cacing seharga Rp 2.000 kemudian di toko dijual dengan harga Rp 2.500,” katanya.
Sentot juga sedang merintis kemitraan dengan teman-temannya agar stoknya tetap terjaga untuk melayani konsumen. “Makin hari permintaan makin bertambah, saya mengambil langkah mengajak teman-teman untuk bekerja sama dalam budidaya cacing ini,” pungkasnya. (Atmaja/Hfs)