KARANGMOJO, (KH).- Surutnya bisnis angkutan umum trayek antar kecamatan di wilayah Gunungkidul tidak selalu bermakna lonceng kematian bagi para pelaku usaha angkutan umum. Pengusaha angkudes dari Gedangrejo Karangmojo yang memberi nama “Putri Mulia” pada armada angkudes Semin – Wonosari dan Ponjong – Wonosari ini justru berani banting setir. Kini eksis melayani bisnis angkutan charteran dan wisata.
Kini, permintaaan charteran wisata dan charteran lokalan terus tumbuh dan berkembang. Pada waktu banting stir melayani bisnis angkutan charteran, mereka mengoperasikan 5 unit mikrobus bekas trayekan antar kecamatan. Kini, 2 unit armada minibus full AC berkapasitas 35 penumpang telah menambah kekuatan armada PO Putri Mulia. Tak mau ketinggalan, 5 armada “anak bis” jadulnya telah dipoles menjadi kekinian karoseri dan interiornya, sehingga membuat nyaman dan senang para pelanggannya.
Tri Yudha, staf pengelola PO Putri Mulia menerangkan, trayek charteran semula bersifat lokalan Karangmojo, Wonosari dan sekitarnya. Semula melayani kebutuhan pelayatan, jagong manten antar desa, mengantar orang berobat ke rumah sakit, mengantar rombongan satu RT menengok menjenguk tetangga di rumah sakit Wonosari, Semanu, Playen, atau Jogja Kota.
“Dengan 2 unit minibusnya, kini PO Putri Mulia semakin luas jangkauan pelayanan carteran wisatanya, bisa melayani carteran wisata seputar Jogja, Solo, Magelang, Semarang, Jakarta, Malang, sampai wisata Bromo,” ujar Yudha.
Bisnis angkutan yang kini dikelola dua bersaudara Aprilius Yuda dan Tri Yudha dan dioperasikan dari rumah mereka di Dusun Gedangrejo RT 01/03 Desa Karangmojo Kecamatan Karangmojo Gunungkidul ini terus gencar melakukan promosi lewat media sosial. Menurut Tri Yudha, orderan wisata cenderung datang dari promo lewat media sosial, utamanya instagram dan facebook. Sementara untuk permintaan carteran lokalan bermula dari sistem “gethok tular“. Warga yang mencharter karena merasa puas atas pelayanan dan harganya yang terjangkau.
“Kami hidup di tengah masyarakat yang kekerabatan dan tolong-menolongnya masih sangat bagus. Untuk charter rombongan layatan, “ngendhangi wong lara” atau menengok tetangga di rumah sakit misalnya, kami terkadang tidak sampai hati menentukan tarif. Tapi dengan itu, para pencharter justru tidak pernah membayar sewa yang kurang dari biaya operasional yang kami perlukan,” ungkap Yudha.
Yudha juga mengungkapkan pengalaman manis awal membuka usaha angkutan charteran. Bisnis charteran dimulai pada tahun 2014 lalu. Karena belum memiliki unit armada minibus yang memadai, awalnya hanya berani melayani charteran wisata lokal untuk sekolah dan masyarakat di seputar Gunungkidul dan Jogja.
Paling jauh melayani wisata ke pantai, Gembiraloka, Prambanan, Taman Pintar, dan Kraton Jogja. Sementara itu, pemasukan bisnis lainnya adalah dari carteran rombongan untuk aneka keperluan masyarakat, seperti rombongan mantenan, layatan, termasuk mengantar rombongan ke rumah sakit.