PPKM DIY level 1, Omset Penjual Bucket Kembali Naik

oleh -1487 Dilihat
oleh
Bucket
Khairani penjual bucket bersama penulis. (dok. Faisol Amir)

YOGYAKARTA, (KH),– Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sebagai antisipasi meluasnya wabah COVID-19 memporak-porandakan perekonomian masyarakat. Hampir semua sektor usaha masyarakat terdampak. Tak hanya mengalami penurunan omset, bahkan diantaranya gulung tikar.

Berdasar kajian, hanya sekitar 10-15 persen saja sektor usaha yang tak mengalami dampak berarti. Seperti yang lain, bisnis bucket wisuda di Yogyakarta ikut terimbas Pandemi. Sebab, pasar mereka, yakni mahasiswa dan segenap momentum kegiatan kampus dihentikan. Semua diganti dengan metode daring.

Pemilik usaha penjualan bucket, Khairani (35) belum lama ini menuturkan, ia memilih menutup toko kemudian berjualan secara on line saat pemberlakuan PPKM level 4 di DIY yang berbarengan dengan penerapan di Jawa-Bali beberapa waktu lalu diterapkan. Pengetatan di kampus-kampus sangat mengganggu usahanya jualan bucket.

“Omsetnya turun drastis. Karena pasar saya 80 persen mahasiswa, saat kampus tak ada kegiatan otomatis sangat menurun pendapatannya,” kata Khairani.

Dia mengisahkan, usaha dengan brand Ssflorist telah didirikan sejak Maret 2016. Mulanya Khairani berjualan di jalan Yogya-Solo. Ia termasuk penjual awal di ruas jalan tersebut.

“Dulu hanya sekitar 5 penjual, lama-lama menjadi banyak,” kata Khairani.

Karena persaingan semakin ketat, ia memilih berjualan di kios. Seiring perkembangan teknologi informasi, Ia juga membuat medsos untuk toko miliknya.

Saat pindah ke kios, masih ramai pembeli saat momentum wisuda. Saat itu belum diterapkan PPKM. Setelah PPKM berlaku usahanya benar-benar sepi.

Dia menyambut baik usai PPKM DIY ditetapkan ke level 1 pada 7 Juni 2022 lalu. Pemerintah banyak melonggarkan pembatasan. Termasuk mengijinkan kegiatan perkuliahan. Kegiatan wisuda dan agenda kampus yang lain juga diperkenankan digelar.

“Usaha saya kembali bergeliat. Permintaan bucket semakin naik. Selain momentum wisuda, momentum Sempro, Semhas, dan sidang pendadaran juga banyak permintaan,” tutur Khairani.

Guna melayani tingginya permintaan, ia saat ini dibantu 5 karyawan. Rata-rata pendapatan perbulan yang mampu ia peroleh saat kegiatan wisuda bisa digelar mencapai Rp5 hingga Rp10 juta.

Dia berharap, pandemi benar-benar berakhir sehingga pendapatannya dan pendapatan wirausahawan yang lain berangsur pulih dan stabil.

Penulis : Faisol Amir, Mahasiswa Prodi Management semester 4 Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta.

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar