Ubet Ngliwet Ala Pemuda Cuwelo: Dari Antar Warga Sakit Kini Layani Jasa Angkutan Charter

oleh -3957 Dilihat
oleh
Kocheng CCP dan armada angkutan Carry trade mark-nya.
Jasa servis perkakas rumah tangga juga menjadi kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Foto: CCP.

Semula bisnis angkutan yang dikerjakan Kocheng diawali dari mengantar tetangganya berobat ke rumah sakit, mengantar layatan/takziah, dan mengantar rombongan jagong manten atau di desa dikenal sebagai mluruh. Ternyata permintaan terus berkembang sampai antar-jemput ke/dari luar kota, pindahan rumah, mengantar rombongan acara sekolah, dan acara wisuda. Bermodal ketekunan melayani orderan charter, dirinya saat ini juga melayani aneka keperluan jasa angkutan, termasuk charteran rombongan wisata.

“Saya pernah kerja di Jakarta kurang lebih 7 tahun mas. Jadi, ya lumayan. Ada banyak teman dari sana yang berwisata ke Gunungkidul atau Yogyakarta sering memesan charteran angkutan ke saya,” ujarnya. Kocheng menceritakan, saat ini memiliki 2 kendaraan, 1 minibus Suzuki Futura dan 1 unit Suzuki APV.  “Pertama bisa beli kendaraan itu Carry 1.0 Adiputro. Itu hasil kerja keras saya dengan istri. Sekarang sudah saya tukar dengan Futura Hijau tahun 2003. Kemudian untuk APV ini tambahan modal dari kakak yang tinggal di Jakarta,” tambahnya.

Dalam menjalankan jasa charter angkutan ini, Kocheng juga bekerja sama dengan beberapa rekan baik di desanya maupun di Wonosari dan Yogya Kota. “Di desa saya, sekarang ada sekitar 20 teman yang kendaraannya disewakan. Terkadang, pelanggan meminta unit kendaraan tertentu mas. Jika meminta kendaraan seperti Avansa, Xenia, Innova, L300 atau Elf, maka saya meminta rekan yang memiliki kendaraan tersebut untuk melayani pelanggan,” ungkapnya.

Kegigihan pemuda ini memang tangguh. Untuk melayani kebutuhan rombongan besar, ia telah bekerja sama dengan pemilik bus wisata di Yogyakarta dan di Wonosari. “Ya, pokoknya saya berusaha untuk selalu memenuhi permintaan. Kepada pelanggan saya menyampaikan secara jujur, saya bekerja sama dengan rekanan lain untuk melayani permintaan kendaraan yang saya sendiri tidak punya. Ternyata dengan saya jujur itu malah membuat sama-sama enak, tidak ada yang grenengan,” ungkapnya.

“Permintaan charteran luar kota setiap bulan rutin selalu ada. Apalagi saat musim-musim liburan sekolah atau musim hajatan manten. Permintaan terbanyak ya ke arah Jakarta dan sekitarnya. Sementara untuk perjalanan terjauh yang pernah ia layani itu ke Lampung Timur. Ke arah timur, pernah mengantar keluarga ke Kediri,” ungkapnya. Untuk usaha jasa angkutan ini, Kocheng memakai nama CCP Multi Trans. Rekan-rekannya yang menjadi mitra kerja juga menyepakati nama ini.

Kocheng lahir dari keluarga sederhana. Anak terakhir dari 5 bersaudara ini memang bukan dari keluarga petani yang memiliki ladang yang luas. Orang tuanya menekuni pekerjaan sebagai pedagang di pasar desa. “Meski sudah sepuh, Bapak dan Simbok masih aktif berjualan di Pasar Cuwelo, Pasar Panggul, dan Pasar Ngregedeg. Saya dan istri saat ini menemani orang tua,” imbuhnya.

Pengalaman Kocheng selama merantau di Jakarta tampak telah menempanya menjadi pekerja keras. Di Jakarta, ia pernah bekerja sebagai driver dan juga merangkap teknisi perlengkapan katering di perusahaan katering milik familinya. Sebagai anak termuda dan atas kesepakatan kakak-kakaknya yang juga merantau di Jakarta, ia kemudian memutuskan kembali ke desa. Bekerja apa saja di desa sembari menemani orang tuanya yang sudah sepuh.

Untuk mendukung usahanya, Kocheng juga aktif bersosialisasi berbagai komunitas, termasuk komunitas otomotif. Salah satunya di Komunitas Suzuki Carry. Menurutnya, Komunitas Suzuki Carry itu sangat merakyat dan ada di mana-mana. Dengan mengikuti komunitas, ia merasa aman dan tenang bepergian ke manapun. Karena pada saat ada kesulitan atau halangan dengan kendaraan, ia terbantu adanya anggota komunitas yang siap memberi pertolongan darurat kapan saja. Di komunitas otomotif tersebut, ia juga dikenal sebagai anggota yang kreatif. Ia memodifikasi lampu belakang mobil Futuranya sehingga mirip dengan lampu belakang bus-bus besar.

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar