Sogi Tak Patah Semangat Meski Hidupnya Serba Berkekurangan

oleh -625 Dilihat
oleh
Mbah Sogi (berkerudung) bersama para tetangga yang berkunjung ke rumahnya. Foto: Atmaja
Mbah Sogi (berkerudung) bersama para tetangga yang berkunjung ke rumahnya. Foto: Atmaja

GEDANGSARI,(KH) — Hidup sebatang kara dan tetap bekerja keras adalah kegiatan sehari-hari seorang ibu lanjut usia bernama Sogi (65). Di rumah berdinding anyaman bambu di Desa Hargomulyo Kecamatan Gedangsari ini Sogi menjalani hidupnya.

Mbah Sogi telah menjalani hidup seorang diri sejak 20 tahun yang lalu. Bermula ketika anak semata wayangnya meninggal dunia, dan kemudian suaminya pergi meninggalkannya seorang diri.

“Saya tidak menganggap ini sebuah cobaan, karena memang jalan hidup saya seperti ini tetap bersyukur dan bersemangat menjalani kehidupan,” katanya, Selasa (24/02/2015).

Kepada KH, ia menuturkan, ia setiap hari bekerja serabutan sebagai buruh ladang. Itu ia lakukan agar dapat memasak nasi dan mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Kesibukan Sogi sebagai buruh ladang semakin bertambah pada saat musim panen dan musim tanam. Baginya, saat seperti itulah menjadi tumpuannya untuk mendapatkan rejeki dan menyisihkan hasilnya sebagai tabungan. “Kadang ada yang memberi padi sebagai upah, kemudian saya simpan untuk stok makanan jika benar-benar tidak ada pekerjaan,” ujarnya.

Sogi juga mengolah sebidang tanah milik keponakannya. Ia menanami sebidang tanah garapan itu dengan tanaman padi. Hasil panenannya dibagi menjadi dua, untuk keponakannya dan untuk dirinya sebagai pengolah tanah garapan.

Tempat tinggal Sogi termasuk di wilayah rawan bencana, karena itu wajar apabila cuaca sedang tidak bersahabat terkadang membuat dirinya tidak tenang. Saat cuaca buruk seperti angin besar datang terkadang membuat Sogi ketakukan.

Akhir-akhir ini, Sogi sering mengalami sakit-sakitan sehingga ia mesti pergi berobat ke Puskesmas. Saudaranya yang tinggal tidak jauh dari rumahnya sesekali menjenguk Sogi dan membantu memberikan obat dan makanan kepadanya. “Saya memiliki penyakit hipertensi. Jika sedang sakit, adik saya yang datang untuk membelikan obat maupun memberi makanan,” imbuhnya.

Sogi berprinsip hidup tidak mau merepotkan orang lain. Terkadang, ia enggan memberitahu kepada adiknya ketika ia sedang sakit. “Karena tetangga maupun saudara pasti mempunyai pekerjaan dirumah masing-masing. “Jika sakit tidak terlalu parah, kadang saya membeli obat sendiri dan tidak memberitahu tetangga maupun saudara,” ucapnya sambil tersenyum.

Sogi berharap, Yang Maha Kuasa masih memberikan umur panjang kepadanya. Menurutnya, hidup adalah sebuah perjuangan dan menjadi sebuah manfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

“Jika hanya mengeluh dengan keadaan, apa bisa merubah keadaan saya? Jadi semuanya harus disyukuri, karena kita sudah diberi sebuah kehidupan,” pungkasnya. (Atmaja).

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar