Puasa dengan Ikhlas Semakin Memperkokoh Derajat Kesehatan

oleh -914 Dilihat
oleh
Puasa dengan ikhlas semakin meningkatkan derajat kesehatan. Foto: Afif.
Puasa dengan ikhlas semakin meningkatkan derajat kesehatan. Foto: Afif.

WONOSARI, (KH),- Berpuasa dengan ikhlas akan semakin memperkokoh derajat kesehatan. Demikian artikel yang ditulis Dinas Kesehatan Gunungkidul dalam menyambut bulan puasa tahun ini.

Bagi umat muslim, puasa menjadi kewajiban untuk dijalankan oleh umat yang beriman. Puasa itu perintah Allah, sebagaimana yang tersebut dalam Alqur’an surat Al Baqarah ayat 183.

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.

Allah menjelaskan kewajiban berpuasa Ramadhan dan beberapa segi ketentuan hukum mengenainya. Ayat 183 menegaskan diwajibkannya puasa (as-siyam) kepada orang-orang beriman, seperti telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum mereka.

Puasa, sebagaimana dijelaskan dalam fikih, berbentuk menahan diri untuk tidak makan, tidak minum, tidak berhubungan suami isteri dan tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa seperti merokok atau minum obat sejak fajar terbit hingga matahari terbenam.

Terkait dengan ayat ini adalah:

  1. Seruan ya ayyuhal-lażina amanu (Hai orang-orang beriman). Orang beriman adalah orang yang dekat dengan Allah Swt,  Seruan itu menunjukkan bahwa isi pesan yang disampaikan berupa ketentuan-ketentuan hukum syariah yang khusus ditujukan kepada orang-orang beriman tentang hukum yang disampaikan adalah mengenai kewajiban melaksanakan puasa yang dalam terma al-Qur’an disebut as-siyam.
  2. Puasa atau as-siyam: Dalam pengertian terminologi syariah puasa (as-siyam) adalah tidak makan, tidak minum, dan tidak berhubungan suami-isteri serta tidak melakukan hal-hal lain yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenam matahari dengan niat melaksanakan perintah Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya.
  3. Orang-orang terdahulu: Ddalam terminologi ini, orang-orang terdahulu adalah orang orang beriman sebelum Nabi Muhammad. entah itu beragama apa, yang penting kalau beriman kepada Allah pasti diwajibkan untuk puasa. Ayat tersebut selanjutnya menegaskan bahwa puasa juga telah diwajibkan di kalangan orang-orang sebelum Islam. Penyebutan bahwa puasa diwajibkan kepada umat terdahulu adalah untuk memberi penekanan arti penting puasa dan sekaligus memberi dorongan psikologis untuk mengamalkannya. Hal itu karena puasa itu adalah suatu ibadah yang berat sehingga dengan menyebutkan bahwa ibadah itu juga telah dilaksanakan oleh umat-umat terdahulu dimaksudkan akan memberikan efek psikologis bagi penerima perintah puasa bahwa puasa tersebut bukan suatu yang berat dan bukan suatu yang tidak lazim karena ia telah dipraktikkan juga oleh umat-umat lain terdahulu
  4. Bertakwa: dalam konteks ini  yang merupakan bagian akhir ayat 183 menjelaskan hikmah berpuasa, yakni membentuk manusia yang bertakwa. Takwa merupakan gabungan sifat-sifat keimanan yang kuat dan sifat-sifat solidaritas dan kesadaran sosial yang mendalam. Jadi orang bertakwa adalah orang yang beriman kepada Allah, hari akhir dan melaksanakan ibadah yang khusyuk kepada-Nya. Namun dalam waktu yang sama orang bertakwa juga adalah orang yang memiliki komitmen tinggi untuk membangun solidaritas sosial dan memajukan kesejahteraan sesama terutama kaum yang lemah. Jadi puasa, di samping sebagai kewajiban agama yang harus dijalankan, juga sekaligus merupakan sarana pengokohan iman dan pembentukan sikap hidup yang memiliki kepedulian terhadap sesama. perlu diingat bahwa puasa tidak secara otomatis menjadikan pelakunya bertakwa. Oleh sebab itu di dalam ayat ini digunakan kata la‘alla yang menunjukkan harapan, artinya dengan berpuasa diharapkan terbentuk insan yang bertakwa. Untuk puasa itu benar-benar dapat membuat pelakunya menjadi insan yang bertakwa, maka puasa itu harus dilakukan dengan kesadaran yang tulus atas dasar iman kepada Allah dan mengharapkan ridha-Nya. Apabila dilakukan hanya sekadar sebagai adat kebiasaan dan rutinitas yang mekanistik atau juga hanya sekadar mengikuti tradisi lingkungan, maka puasa itu akan menjadi tidak lebih dari sekadar kegiatan fisik belaka dan tidak memberi makna simbolik dan nilai spiritual yang diharapkan.

Puasa dan Kesehatan

Puasa jelas mengurangi rutinitas asupan gizi berupa makanan atau minuman, atau perilaku lainnya yang diluar keimanan. Kalau dijalankan dengan benar, ikhlas, semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah, maka puasa akan sehat dan menyehatkan. Semua telah diukur oleh Allah tentang kemampuan manusia dan dalam perhitungan Allah, semua orang apalagi orang yang beriman pasti mampu menjalankan.

Puasa selalu dianggap baik untuk tubuh karena membantu detoksifikasi dan menjadi momen yang tepat untuk memulai pola hidup sehat. Ada juga yang bertujuan untuk menurunkan berat badan saat puasa. Namun, menahan lapar seharian membuat kecenderungan untuk makan banyak saat berbuka meningkat, sehingga berat badan malah naik setelah puasa.

***

(Red/ Dinkes GK).

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar