Petani Paliyan: Panenan Padi Mekongga Capai 9 Ton/Ha, Nasinya Juga Pulen

oleh -
oleh
Suyantoro menunjukkan gabah Padi Mekongga. KH/ Kandar.
iklan dprd
Suyantoro menunjukkan gabah Padi Mekongga. KH/ Kandar.

PALIYAN, (KH),– Uji coba pertama pada musim pertanian 2018, varietas padi Mekongga mendapat tempat di hati petani Gunungkidul. Bahkan, meski benih belum tersedia di pasaran mereka mengaku akan mengupayakan melakukan penanaman kembali di tahun depan.

Sebagaimana diungkapkan ketua Kelompok Tani Sari Kismo, Desa Mulusan, Kecamatan, Paliyan, Suyantoro. Ia merasa puas atas hasil produksi panenan padi Mekongga. Dirinya menyebut kuantitas hasilnya tidak kalah dengan varietas Ciherang.

Menurut kalkulasinya, padi Mekongga yang ditanam menghasilkan gabah 9 Ton untuk tiap Hektar. Kurang lebih sama dengan Ciherang.

“Keunggulan lainnya nasi Padi Mekongga lebih baik dari Ciherang. Cukup pulen (empuk) setara dengan IR 64,” ungkap Suyantoro, Kamis, (29/3/2018).

iklan golkar idul fitri 2024

Agar dapat menanam di musim tahun depan, pihaknya bersama anggota kelompok tani telah menyisihkan gabah sebagai bibit. Hal itu dilakukan, sebab benih tersebut belum tersedia di pasaran.

Pada uji coba tahun ini, pihaknya mendapatkan benih dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta. Dirinya berharap benih segera beredar di pasaran. Dirinya menyimpulkan, padi varietas Mekongga sangat cocok dengan ladang tadah hujan dengan tanah yang cenderung basah.

“Jika dilahan yang tergenang air pada saat pertumbuhan padi jenis ini sangat cocok. Perbandingan kebutuhan pupuknya, 70 persen pupuk organik, 30 persen pupuk pabrik,” jelasnya.

Panenan yang dilakukan beberapa waktu lalu, tanaman padi milik anggota kelompok tani Sari Kismo seluas 30 Hektar secara umum memberikan hasil maksimal. Meski, sebelumnya beberapa anggota kelompok tani sempat ragu.

Anggota kelompok tani yang lain, Risdiyanto berharap, pengenalan varietas Padi Mekongga kepada petani dilakukan secara luas. Agar masyarakat petani di Gunungkidul dapat merasakan hasil panen yang sama.

“Tahun lalu jenis Ciherang gagal. Penggantian varietas memang dapat memutus siklus hama yang menyerang,” ujarnya.

Belasan tahun terakhir dirinya menanam varietas Ciherang. Karena Mekongga memberikan tawaran hasil yang membanggakan, dirinya tidak akan ragu untuk menanam ulang dimusim berikutnya. Subtitusi varietas yang dilakukan juga dalam rangka menghindari serangan hama seperti yang terjadi pada varietas Ciherang pada tahun lalu.

“Gabah Mekongga cukup berisi. Jika digiling mengalami penyusutan yang sedikit. Sekam tidak begitu tebal,” imbuhnya. (kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar