Peserta Melasti di Pantai Ngobaran Berkurang

oleh -1480 Dilihat
oleh
Arak-arakan upacara Melasti di Pura Ngobaran. Foto: Kandar.
Arak-arakan upacara Melasti di kompleks Pura Segara Wukir Pantai Ngobaran. Foto: Kandar.

SAPTOSARI, (KH)— Upacara Melasti umat Hindu yang dilaksanakan di Pura Segara Wukir Pantai Ngobaran Desa Kanigoro Kecamatan Saptosari pada Kamis (5/3/2015) berjalan khidmat.  Panitia sempat menunda prosesi iring-iringan Pekuluh, Sesaji, dan Gunungan sesaat karena gerimis dan hujan.

Upacara inti dimulai sekitar pukul 10.30 WIB, setelah sebelumnya dilakukan prosesi ngiring 15 Bhatara dari seluruh pura yang tersebar di Gunungkidul. Salah satu umat yang berasal dari Pura Ngepoh Planjan Saptosari menuturkan, jumlah peserta upacara melasti dari wilayahnya menurun dibanding upacara tahun lalu.

“Biasanya rombongan berangkat bersama menggunakan 2 truk dan puluhan sepeda motor. Tadi hanya menggunakan 1 buah mobil bak terbuka jenis Colt T dan beberapa sepeda motor saja,” kata Tukir selepas mengikuti kirab.

Tak hanya umat dari Planjan, rombongan dari pura lainnya di Gunungkidul juga mengalami penurunan. Tukir menduga, hal tersebut dikarenakan sedang musim panen. Banyak di antara umat bermata pencaharian petani masih sibuk bekerja di ladang.

Upacara Melasti dihadiri oleh para tokoh desa setempat, jajaran Muspika Saptosari, Polsek, serta perwakilan dari Kantor Bupati Gunungkidul. Dalam sambutan sekaligus dharma wacana, Pembimas Hindu Kanwil Kemenag DIY Ida Bagus Wika Khrisna menyampaikan, Upacara Melasti atau Segara Kertih disimbolkan dengan melarung berbagai sesaji yang bermakna membuang kekotoran dunia dengan tujuan mensucikan diri dari segala perbuatan buruk di masa lalu dan membuangnya ke laut lepas.

Dalam keyakinan Hindu, sumber air seperti danau, dan laut dianggap sebagai air kehidupan atau tirta amerta. “Melasti merupakan rangkaian Hari Raya Nyepi dengan tujuan mensucikan Buana Agung, Buana Alit, Serta mensucikan Pratima atau benda sakral pura,” ucap Ida Bagus Wika.

Upacara tahunan tersebut diikuti sekitar seribu umat Hindu di Kabupaten Gunungkidul serta wilayah DIY dan Jateng lainnya. Upacara pelarungan menjadi prosesi yang paling ditunggu masyarakat serta wisatawan yang menyaksikan. Tak ketinggalan puluhan pecinta fotografi rela menunggu hingga acara usai guna mendokumentasikan seluruh rangkaian ritual. (Kandar).

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar