Mini GK, Penulis Muda dari Desa Berkarya Cemerlang

oleh -1951 Dilihat
oleh
Mini Gk. Penulis muda berbakat. Foto: Mutia.
Mini Gk. Penulis muda berbakat. Foto: Mutia.
Mini Gk. Penulis muda berbakat. Foto: Mutia.

PLAYEN, kabarhandayani.– Melihat, membaca, melamun, dan menulis merupakan paket hobi yang tidak bisa ditinggalkan Darmini. Siapa sangka, gadis kelahiran 23 Februari 1989 yang tinggal di Padukuhan Plembon Kidul Desa Logandeng Kecamatan Playen ini adalah seorang penulis novel.

Gadis yang eksis dengan nama Mini GK ini sudah tertarik dengan novel sejak SMA. Ia terjun menulis mulai 2012. Hingga saat ini, sudah 3 karya novel yang beredar di toko-toko buku. Salah satu judul novelnya sudah masuk cetakan kedua.

Novel pertamanya berjudul Abnormal, yang merupakan kumpulan kisah orang-orang yang tidak normal terbit pada tahun 2012. Novel keduanya berjudul Stand by Me (Kau dan Aku tak Terpisahkan) terbit pada tahun 2013, dan sudah pada cetakan kedua di bulan Februari 2014. Sedangkan novel ketiga berjudul Le Mannequin (Hatiku Tidak Ada di Paris) terbit pada Juni 2014.

“Awal menulis, dulu hanya sebagai sarana curhat, dan ternyata menulis bisa menjadi ladang uang. Bisa membantu orang tua saya yang kesehariannya bertani. Selain itu, menulis juga memberikan kontribusi untuk mengenalkan minat baca tulis kepada generasi muda,” jelasnya saat ditemui di rumahnya, Jumat (12/9/2014).

Gadis lulusan SMAN 2 Playen ini tidak hanya menulis novel. Lebih dari 25 antologi tertuang dari imajinasinya. Tema roman dengan setting tempat Gunungkidul dengan berbagai kearifan lokalnya menjadi ciri khas tulisannya. Seperti pada Le Mannequin, yang menceritakan seorang gadis Gunungkidul yang bermimpi menjadi desainer hingga pada akhirnya bisa pameran di Paris.

Darmini menuturkan, latar tempat Gunungkidul sengaja ia pilih dengan tujuan untuk mengenalkan Gunungkidul. Nama eksisnya pun menggunakan GK di belakang nama Mini. Ini dilakukannya untuk menunjukkan, bahwa Gunungkidul mempunyai penulis muda yang juga ingin memajukan Gunungkidul lewat karyanya.

Menurut Darmini, menulis itu tidak susah. Siapa saja bisa menjadi penulis. Tetapi harus berpedoman pada kedisiplinan waktu, target dan alur ceritanya. Selain itu, sebagai penulis harus peka dengan lingkungan sekitar, karena selain dari imajinasi, sebuah cerita dapat tertuang dengan terinspirasi dengan apa yang diamati di lingkungan.

Darmini telah melewati suka duka sejak awal mulai menulis hingga kini karyanya sudah beredar di toko buku dan dicari banyak orang. Awal perjuangannya juga dilewati dengan penolakan karya tulisnya oleh beberapa penerbit. Namun, ambisi Darmini untuk menjadi seorang penulis tidak pernah luntur. Ia terus berusaha memperbaiki tulisannya, dan terus memasukkan karyanya ke penerbit sampai akhirnya novel tersebut layak terbit.

Disela-sela kesibukannya sebagai penulis, ia juga kerap menjadi pembicara dalam seminar dan mengisi kelas menulis. “Sebuah kebanggaan menjadi seorang penulis, bisa dikenal orang. Pengennya sih novelnya menjadi best seller, sehingga dapat mengharumkan nama Gunungkidul. Keinginan terbesar saya adalah mempunyai kelas menulis, sehingga saya bisa mengajari anak-anak untuk menulis,” tutur anak bungsu dari tiga bersaudara ini.

Dengan menulis, Darmini juga ingin mengajak kepada warga masyarakat Gunungkidul untuk gemar membaca dan menulis. “Menulislah dengan hati, menulislah apa yang ingin kamu sampaikan. Jujur dan disiplin itu kuncinya. Kalau kita mati nanti, orang masih mengenang kita dengan buku. Kalau kamu orang biasa, maka menulislah maka kamu akan terkenal,” pungkasnya. (Mutiya/Jjw).

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar