Mengenali & Memelihara Kesehatan Mental

oleh -835 Dilihat
oleh
Tertawa bahagia. ilustrasi foto: istimewa/ internet.

WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa seseorang tidak bisa dikatakan sehat jika orang tersebut tidak sehat secara mental. Artinya, sehat fisik saja bukan satu-satunya ukuran sehat. Sehat mental merupakan bagian penting bagi kehidupan manusia. Tanpa disadari, masyarakat masa  kini sudah memiliki perhatian yang khusus terhadap isu kesehatan mental. Kesadaran akan pentingnya kesehatan mental ternyata semakin meningkat. Pasalnya, orang mulai memiliki ungkapan-ungkapan sederhana sehari-hari yang ditujukan untuk memelihara kesehatan mental, misalnya ,”Jangan lupa bahagia”, “Bahagia itu sederhana”, “Jangan panik, ayo piknik”, “ Lemesin aja, tsay”, dll.

Kesehatan mental meliputi kondisi emosi, kondisi psikologis, termasuk kesejahteraan sosial. Kesehatan mental dapat mempengaruhi cara kita berfikir, merasakan dan bertindak. Kesehatan mental sangat penting dalam setiap tahapan kehidupan, yakni mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa hingga usia senja. Orang dengan kesehatan mental yang optimal akan menunjukkan potensi terbaiknya, bisa menghadapi tekanan hidup dengan luwes, dapat bekerja secara produktif dan memiliki kontribusi terhadap lingkungannya.

Akan tetapi, setiap orang pernah mengalami masalah kesehatan mental dalam kehidupannya yang dapat menggangu pikiran, mood hingga perilaku. Masalah kesehatan mental dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, misalnya: faktor biologis seperti gen atau fungsi hormonal, pengalaman hidup yang traumatik seperti kekerasan atau bullying, serta pengalaman keluarga dengan riwayat masalah kesehatan mental.

Lalu, bagaimana kita dapat mengetahui bahwa diri kita atau orang disekitar kita sedang terganggu kesehatan mentalnya? Kondisi perasaan dan beberapa perilaku dapat menjadi tanda bagi kita atau orang disekitar kita sedang tidak sehat mental, misalnya: makan terlalu sedikit atau makan terlalu banyak, menarik diri dari lingkungan pergaulan dan tidak lagi melakukan aktivitas seperti biasanya, mudah merasa lelah, merasa kosong dan hampa, memiliki keluhan fisik yang tidak dapat dijelaskan, merasa tidak punya harapan dan merasa tidak ada yang bisa membantu, merokok, minum dan menggunakan obat-obat lebih dari biasanya, merasa bingung, mudah lupa, mudah marah, sedih, kawatir dan ketakutan.

Selain itu, orang yang sedang terganggu kesehatan mentalnya cenderung mudah berkonflik dengan keluarga atau teman, mengalami perubahan mood yang ektrim, memiliki pikiran dan ingatan yang terngiang-ngiang terus menerus, mendengar suara-suara  bisikan dan memiliki keyakinan yang keliru, memiliki pikiran untuk menyakiti diri dan menyakiti orang lain, tidak mampu melakukan tugas sehari-hari dan berhenti sekolah atau berhenti bekerja.

Di tengah kehidupan yang semakin kompleks ini,kita harus pandai untuk menjaga mental kita tetap sehat. Hal-hal yang bisa dilakukan untuk tetap menjaga kesehatan mental kita diantaranya adalah: bertemu dengan professional yakni psikolog atau pikiater jika diperlukan, bergaul atau berkomunikasi dengan orang lain, berfikir positif, melakukan akivitas fisik seperti bekerja atau berolahraga, membantu orang lain yang mengalami kesulitan, tidur cukup dan meningkatkan ketrampilan menghadapi stress atau tekanan.

Kalau ada ungkapan bahwa buku adalah jendela dunia, maka kesehatan (baik kesehatan fisik maupun kesehatan psikologis) adalah pintu untuk melihat keindahan di dunia. Salam sehat dan semangat!

Referensi:

Depatmenet of Health HM Government (2011) No Health Without Mental Health: a cross government outcome strategy. Diunduh: https://www.gov.uk/government/publications/no-health-without-mental-health-a-cross-government-outcomes-strategy

Department of Health and Human Service, USA (2019) What is Mental Health? Diunduh: https://www.mentalhealth.gov/basics/what-is-mental-health

***

Penulis:

Ardi Primasari, M.Psi.,Psikolog

Founder & Owner Prima Consultant (Personality & Community Development Center)

(Lahir di Paliyan, Gunungkidul. Psikolog dan Dosen Psikologi, Lulusan Magister Profesi Psikologi Klinis UGM, senang membaca, menulis, dan menyanyi)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar