Menengok Keberhasilan Puskesmas Gedangsari II Tekan Angka Pernikahan Dini

oleh -
Inovator Ayunda Si Menik (Ayo Tunda Usia Menikah), Drg. Dyah Mayun Hartanti. Inovasi di Puskesmas Gedangsari II, satu-satunya inovasi TOP 99 nasional 2017. KH
Inovator Ayunda Si Menik (Ayo Tunda Usia Menikah), Drg. Dyah Mayun Hartanti. KH

GEDANGSARI, (KH),– Penghargaan Top 99 Sistem Inovasi Layanan Publik (Sinovik) dari Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB) belum lama ini diraih oleh Puskesmas Gedangsari II.

Penghargaan tersebut diberikan atas keberhasilan inovasi program yang diberi nama ‘Ayunda Si Menik’ atau yang memiliki kepanjangan Ayo Tunda Usia Menikah. Selaku inovator, Drg. Dyah Mayun Hartanti beberapa waktu lalu menguraikan apa dan bagaimana Ayunda Si Menik dijalankan.

“Ayunda Si Menik adalah upaya puskesmas bersama lintas sektor dibantu LSM Rifka Annisa dalam menekan angka pernikahan dini,” tuturnya.

Diungkapkan, hal tersebut dilatarbelakangi adanya permasalahan yang sangat kompleks di Kecamatan Gedangsari dengan salah satu penyebabnya yakni pernikahan usia dini yang kebanyakan terjadi karena Kehamilan Yang Tidak Diinginkan (KTD). Permasalahan tersebut diantaranya angka kematian bayi yang cukup tinggi, kematian ibu, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), dan tingginya angka persalinan usia anak.

Adapun tujuan Puskesmas bersama lintas sektor dibantu oleh Rifka Annisa yakni berupaya untuk memutus mata rantai permasalahan dengan berbagai kegiatan yang dilakukan bersama, terkoordinasi dan berkelanjutan.

“Kegiatan dimulai sejak tahun 2013 dengan membuat kesepakatan bersama (MoU) lintas sektor meliputi Kecamatan, KUA, Puskesmas, lembaga pendidikan SMP dan SMA/SMK, Pemdes, Polsek, Koramil, MUI, Rifka Annisa, serta Upt TK dan SD,” rinci Dyah mayun.

Ragam kegiatan bersama yang dilakukan diantaranya; penyampaian pendidikan reproduksi sehat di sekolah-sekolah melalui kegiatan outbond, kursus pra nikah, pembinaan calon pengantin, konsultasi persiapan nikah dan permsalahan pasca nikah, termasuk pendampingan pada kasus KDRT, serta korban pelecehan seksual.

Sambung Dyah, kegiatan lain berupa Gedangsari Award, yakni penghargaan yang diadakan tiap tahun yang diberikan kepada desa yang berhasil menekan angka nikah dini sampai 0. Gedangsari Award juga menjadi media evaluasi masing-masing desa.

“Kegiatan Gedangsari Award sudah terlaksana 3 kali. Sejak diadakan kesepkatan kerja sama semua unsur secara kolaborasi melaksanakan bersama-sama tupoksi berdasar fungsi masing-masing,” jelasnya.

Kegiatan membuahkan hasil, jumlah kasus penikahan dini menurun, angka kematian bayi menurun, BBLR menurun, smua calon pengantin mendapat imunisasi , pemeriksaan kesehatan dan konsultasi juga berjalan dengan baik.

Berdasar data KUA Gedangsari, sebelum dilakukan inovasi jumlah pernikahan dini runtut tercatat mulai tahun 2011 sebanyak 2 kasus, 2012 ada 11 sedangkan 2013 ada 9. Lalu setelah adanya program inovasi jumlah pernikahan dini berangsur menurun. Tercatat pada tahun 2014 ada 6, 2015 ada 2 serta pada tahun 2016 tidak ada pernikahan dini.

“Putusnya mata rantai permasalahan diharapkan generasi mendatang terlahir generasi berkualitas. Pernikahan dini merupakan salah satu peramasalahan yang kompleks dan berkelanjutan, apabila tidak dicegah akan terjadi loss generasi atau generasi yang tidak berkualitas,” papar Dyah.

Menurut Dyah, pernikahan menjadi awal adanya kehidupan baru, jika sesuatu diawali dengan baik atau dengan kondisi yang ideal kedepan diharapkan tercipta kehidupan yang semakin baik. Sebaliknya, jika sesuatu diawali dengan dengan tidak baik, misalnya kehamilan yang tidak diinginkan maka akan menghadapi kehidupan yang penuh dengan permasalahan berkepanjangan, diantaranya ibu dan bayi kurang kasih sayang, masalah ekonomi, pendidikan dan lainnya.

Sementara itu, Pemkab Gunungkidul  memberikan dukungan penuh atas capaian yang ada di Gedangsari, yakni dengan terbitnya Peraturan Bupati No. 36 tahun 2015 tentang Pencegahan Perkawinan Pada Usia Anak. Dengan kata lain payung hokum telah disediakan untuk menjamin inovasi ini direplikasi di banyak tempat, di semua kecamatan se Gunungkidul. Bahkan harapannya bisa dilaksanakan oleh kabupaten lain sehingga bisa disiapkan generasi berkwalitas secara menyeluruh. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar