Manfaatkan Lahan di Bawah Tegakan untuk Budidaya Porang

oleh -13339 Dilihat
oleh
PATUK, kabarhandayani.– Lahan di bawah pohon-pohon tinggi atau lahan di bawah tegakan sering kali hanya menjadi lahan kosong sehingga tanah pada lahan tersebut berkontur keras dan tandus.

Namun, Wagiran warga Padukuhan Nglanggeran Kulon, Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Gunungkidul memanfaatkan lahan di bawah tegakan di pekarangan rumahnya dengan menanam porang. Porang (Amorphopallus oncophillus) atau biasa disebut suweg atau iles-iles dengan batang tegak dan lunak merupakan tumbuhan berumbi.
Tanaman porang dapat tumbuh pada jenis tanah apa saja namun yang paling bagus adalah di daerah ketinggian 100-600 meter di atas permukaan laut (Mdpl).
Umbi dari tanaman ini dapat dikonsumsi dan diolah menjadi berbagai macam makanan. Selain itu, sifat umbi yang lengket dapat dimanfaatkan menjadi lem perekat. Wagiran menjelaskan, ia mulai menanam porang sejak 3 tahun yang lalu dengan periode ideal panen tiap tiga tahun sekali.
“Kebetulan menanamnya lebih awal sehingga panen duluan namun panennya sudah beberapa kali karena permintaan,” ungkapnya Rabu (25/6/2014).
Menurut Wagiran, porang tidak memerlukan perawatan yang rumit dan akan tumbuh dengan baik di area teduh. Oleh karena itu, lahan di bawah tegakan sangat cocok untuk porang. Selain itu, porang jarang ditemui di wilayah Gunungkidul sehingga perlu dibudidayakan. Terlebih, tanaman yang dapat tumbuh di tanah tandus itu mempunyai harga jual yang tinggi. Wagiran memaparkan, dari lahan seluas 4.5 hektar yang terbagi di beberapa sudut pekarangan dan lahan tegakannya, panen kali ini ia mendapat 70 kg dengan harga Rp 10.000,00 per kilo.
Hadi Purwanto selaku ketua Gapoktan Desa Nglanggeran menjelaskan, porang juga sudah dikembangkan di kelompok tani untuk menjadi program pemanfaatan lahan kosong masyarakat. Pengembangbiakan pun cukup mudah yaitu dengan biji dan katak (tunas yg ada di daun). “Sampai saat ini, sebagian masyarakat sudah mulai tertarik untuk membudidayakan porang. Dari pada lahan nganggur akan lebih baik jika dimanfaatkan untuk ditanami tanaman yang bernilai jual,” pungkasnya. (Mutiya/Hfs)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar