Makna Pagar Bambu Di Bejiharjo Yang Dibangun Jelang Lomba Desa

oleh -
oleh
Seorang warga di Desa Bejiharjo sedang mengecat gardu dan pagar jelang penilaian evaluasi dan penilaian perkembangan desa 2018.
iklan dprd
Seorang warga di Desa Bejiharjo sedang mengecat gardu dan pagar jelang penilaian evaluasi dan penilaian perkembangan desa 2018.

KARANGMOJO, (KH),– Akhir-akhir ini Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo tengah sibuk melakukan persiapan menyambut evaluasi dan penilaian perkembangan desa atau yang biasa disebut lomba desa tahun 2018.

Sekertaris Panitia Lomba Desa Desa Bejiharjo, Eni Lestari mengatakan, secara umum tahapan seluruh persiapan mencapai 80 persen. Pihaknya mengaku optimis minggu ini sisa pekerjaan yang belum selesai dapat rampung 100 persen.

“Pelaksanaan lomba 24 Maret nanti. Seminggu sebelum pelaksanaan kami fokuskan untuk gladi kotor,” katanya Senin, (12/3/2018).

Eni menyebutkan beberapa persiapan yang sedianya untuk menyambut penilaian dan evaluasi perkembangan desa meliputi data administrasi, profil desa, dan pembuatan sekaligus pengecatan pagar bambu.

iklan golkar idul fitri 2024

Banyaknya pekerjaan berupa pembaharuan data profil desa pihak Pemerintah Desa Bejiharo merekrut tenaga tambahan agar selesai sesuai target waktub yang ditentukan. Tenaga tambahan tersebut berasal dari karang taruna dan beberapa anggota dari Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

“Lembur sampai malam dilakukan sejak beberapa waktu lalu. Entri data yang dilakukan meliputi data dasar keluarga, aset, data potensi serta data perekembangan desa dari tahun sebelumnya,” papar Eni.

Sementara itu, Tim Penyusun Materi Paparan Kades, Sujadi, S.Pd.I menambahkan, warga yang berswadaya membangun pagar bambu dinilai cukup antusias. Hal tersebut terbukti warga rela melakukan pekerjaan dengan lembur.

“Jika siang sebagian besar warga kerja. Akhir-akhir ini sedang musim panen,” terang Sujadi.

Lebih jauh disampaikan, pagar yang dibangun warga memang terlihat sederhana namun sarat dengan makna. Pagar bambu berwarna merah dan putih itu menunjukkan makna nasionalisme.

Sementara, penyusun pagar yang terdiri dari tiga bilah bambu yang dihimpitkan menjadi satu sebagai jari-jari tegak merepresentasikan historis Desa Bejiharjo. Sebelum era kemerdekaan Bejiharjo terbagi menjadi tiga wilayah, yakni Grogol, Kulwo, dan Banyubening.

Sambung Sujadi, kemudian pada 11 Juni 1946 tiga wilayah tersebut bergabung menjadi satu desa bernama Bejiharjo. Tahun penggabungan tiga wilayah yakni ‘46’ terwakili pada jarak pilar mendatar pagar antara yang atas dan bawah sepanjang 46 centimeter.

Kemudian, panjang jari-jari tegak (terluar) yang dihitung dari perpotongan tegak lurus antara jari-jari dan pilar mendatar, baik di bagian atas maupun pilar bagian bawah mencapai 20 centimeter. Angka 20 merupakan jumlah dusun yang ada di Bejiharjo.

“Harapannya memperoleh hasil terbaik,” tukas Sujadi. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar