Kolaps, Dishubkominfo Survei Load Faktor Angkutan Umum

oleh -
oleh
Kondisi minimnya penumpang pada angkutan perdesaan, sehingga disebut kopals. KH/ Kandar
iklan dprd
Kondisi minimnya penumpang pada angkutan perdesaan, sehingga disebut kopals. KH/ Kandar
Kondisi minimnya penumpang pada angkutan perdesaan, sehingga disebut kopals. KH/ Kandar

WONOSARI, (KH)— Saat ini Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) melakukan survey faktor muat (load factor) angkutan umum perdesaan disemua trayek. Hal ini dilakukan untuk mengetahui rasio perbandingan antara jumlah penumpang yang diangkut dalam kendaraan terhadap jumlah kapasitas tempat duduk penumpang di dalam kendaraan pada periode waktu tertentu.

Disampaikan Kepala Bidang Transportasi Dishubkomunfo, Drs Kuncoro Budi Santoso, hasil perhitungan biasanya dinyatakan dalam persen. “Semakin besar nilai load factor melebihi angka 1 maka dinilai akan semakin buruk pula hasilnya,” ungkapnya, saat ditemui di kantornya.

Hasil yang muncul, jelas dia, salah satunya digunakan sebagai penentuan tarif, nilai load factor 1 adalah merupakan nilai maksimum yang ideal. Menurutnya apabila dalam sekali jalan 50% dari kapasitas armada terisi, maka hasil yang diperoleh kru/ penyedia jasa angkutan masih dapat digunakan untuk biaya operasional.

Hal ini dilakukan, sebagai acuan analisis karena memang saat ini sedang dilakukan penataan jalur trayek. kedepan jika ada yang load factornya rendah maka akan dicarikan alternatif.

iklan golkar idul fitri 2024

“mungkin ada revisi jalur, sehingga diharapkan load factor bisa naik, ini merupakan analisis untuk mengetahui potensi peningkatan penumpang,” tambah dia.

Misalnya, dia mencontohkan, potensi penumpang itu dipengaruhi pemukiman, keberadaan sekolah, dan simpul jalan. Diakui memang usaha jasa transportasi saat ini dapat dibilang kolaps, rata-rata armada hanya beroperasi dalam sehari hanya dua kali, pagi dan siang, dengan mengandalkan penumpang pelajar dan pedagang.

Sementara saat ditemui di terminal bayangan di selatan Pasar Argosari, Antok salah satu kru mini bus trayek wonosari- Panggang mengungkapkan, bahwa dalam sekali tempuh rute trayek isi penumpang tidak ada separuhnya.

“Paling lima saja, saat pagi jam sekolah juga nggak ada 10 penumpang. Kemarin dalam sehari dapat Rp. 60 ribu belum beli solar,” keluh Antok.(Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar