Keajaiban Nasi yang Dieleri: Asal-Usul Nama Desa Ngleri Playen

oleh -8856 Dilihat
oleh
Pohon asem, salah satu pohon dan lokasi yang dikeramatkan oleh masyarakat Desa Ngleri. KH/Kandar.

Berhubung Kyai Potrojoyo sudah sepuh, pada akhirnya ia mengutus anak menantunya, yaitu Ki Honggojoyo untuk berangkat ke Mataram. Ia mewakili mertuanya untuk kembali mengabdi kepada raja Mataram. Sebelum berangkat ke Kraton Pleret, Ki Honggojoyo berpamitan dan memohon doa restu kepada mertua dan juga ayahnya di Gunung Dhanyangan.

Disebutkan kemudian, pengabdian Ki Honggojoyo di Kraton Mataram sangat mengesankan para pembesar kerajaan. Ia ditugaskan sebagai prajurit pengawal raja Mataram Susuhunan Amangkurat. Ia juga terlibat dalam berbagai pertempuran dalam tugas mengamankan raja.

Runtuhnya kraton Pleret atas serbuan pasukan Trunajaya pada akhirnya membuat raja Mataram Susuhunan Amangkurat mengungsi ke arah barat. Dari Jenar, rombongan Amangkurat disertai putra mahkota Adipati Anom kemudian melanjutkan perjalanan pengungsian ke Bumiayu Banyumas. Dalam perjalanan pengungsian tersebut, sang raja wafat dan dimakamkan di Tegalarum pada tahun 1677 M. Wafatnya sang raja kemudian diikuti dengan jumenengan sang putra mahkota menjadi raja dengan gelar Susuhunan Amangkurat Amral di Banyumas pada Rabu Kliwon 25 Sapar 1601 Jawa atau 28 Mei 1677 M.

Ketika masih di Jenar, Susuhunan Amangkurat memerintahkan Pangeran Puger, adik putra mahkota untuk kembali menyusun kekuatan militer dan merebut istana Pleret yang dikuasai Trunajaya dan pasukannya. Pada Jumat Legi 17 Bakdamulud 1601 Jawa atau 17 Juli 1677, Pangeran Puger yang bekedudukan di Jenar mendapat kabar bahwa ayahnya telah wafat dan dimakamkan di Tegalarum. Mengetahui hal tersebut dan mengira kakaknya sang putra mahkota benar-benar melaksanakan niatnya untuk beribadah haji ke Mekkah, kemudian Pangeran Puger menyatakan diri menjadi raja pengganti dengan gelar Susuhunan Ngalaga ing Jenar.

Disebutkan  bahwa, bahwa Ki Honggojoyo diperintahkan menjadi salah satu pemimpin pasukan untuk menyertai Pangeran Puger merebut kembali kraton Pleret. Disebutkan pula kemudian, setelah Pangeran Puger jumeneng nata, Ki Honggojoyo diangkat menjadi senopati perang dengan nama Purbonegoro.

Dikisahkan kemudian, terjadi pertempuran besar antara pasukan Susuhunan Ngalaga ing Jenar dengan pasukan Trunajaya di Dusun Jogoboyo Kebumen. Dalam pertempuran tersebut, pasukan Susuhunan Ngalaga pada akhirnya dapat memukul mundur pasukan Trunajaya. Pasukan Trunajaya terus dapat dipukul dan dikejar sampai akhirnya kembali ke Pleret. Sesampai di Pleret, Susuhunan ing Ngalaga mengetahui bahwa kondisi keraton rusak parah, banyak barang dan pusaka termasuk putri-putri kraton dijarah dan dibawa pasukan Trunajaya yang mundur ke Kediri.

Pada bulan Oktober 1677 M, Susuhunan ing Ngalaga atau Pangeran Puger kembali menegaskan diri menjadi raja Mataran di Pleret dengan gelar Susuhunan ing Ngalaga Ngabdurahman Sayidin Panataga. Disebutkan kemudian, pada Sabtu Pahing 26 Besar 1601 Jawa atau 21 Maret 1678, Ki Honggojoyo atau Purbonegoro diangkat sebagai Manggalayuda prajurit Mataram dan diberi anugerah istri abdidalem putri Keparak.

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar