Jaluk Apem, Tradisi Unik Yang Masih Bertahan Di Semanu

oleh -
Anak-anak Di Dusun Sambirjo, Desa Semanu masih melakukan tradisi Jaluk Apem. KH/ Woro.
Anak-anak Di Dusun Sambirejo, Desa Semanu masih melestarikan tradisi Jaluk Apem. KH/ Woro.

SEMANU, (KH),–Tradisi jaluk apem yang dilaksanakan sehari menjelang lebaran masih dijumpai di Dusun Sambirjo, Desa Semanu. Tradisi itu dianggap tidak saja menghadirkan kecerian pada anak-anak, namun lebih dari itu. Tradisi jaluk apem juga memberi pelajaran moral tentang keikhlasan meminta maaf apabila melakukan kesalahan.

Siang itu (Sabtu/24 /6/2017) sejumlah bocah berlarian menuju sebuah rumah limasan milik Ayem (44). Beberapa menit kemudian anak-anak itu bersorak kegirangan karena selain mendapat kue apem kukus yang dibungkus daun pisang juga memperoleh selembar uang pecahan lima ribu.

Mereka lantas menyalami tuan rumah, mengucap terima kasih dan mohon pamit untuk melanjutkan perjalanan mereka.

Inggrit Sukma (7) mengaku amat senang dengan acara mencari kue apem di kampungnya. “Senang. Dapat kue banyak,”ujarnya sambil tersenyum malu.  Inggrit mengaku telah mendatangi lebih dari 20 rumah siang itu.

Orang tua Inggrit, Parinah (36) mengaku tidak melarang putrinya mengikuti tradisi jaluk apem karena selain anaknya bisa berbaur dengan teman-temannya, hal tersebut juga karena dapat turut serta melestarikan tradisi yang sudah berlangsung turun-menurun.

“Sejak saya masih kecil tradisi jaluk apem itu sudah ada,” katanya.

Warga masyarakat Sambirejo tidak merasa keberatan dengan kehadiran anak-anak yang jumlahnya puluhan tersebut di rumah mereka. Warga justru merasa senang bila rumahnya didatangi rombongan bocah pencari kue  apem.

Salah seorang warga, Mijem (52) bahkan mengaku selalu menunggu saat-saat rumahnya didatangi oleh anak-anak.

“Lebaran rasanya ada yang kurang  bila tidak melihat anak-anak yang mencari kue apem,”ujarnya.

Tokoh masyarakat Dusun Sambirejo, Wiyono menjelaskan bahwa dalam perkembanganya barang yang diberikan pada anak-anak tidak sebatas kue apem saja, melainkan bisa berupa makanan lain atau terkadang uang.

“Kalau orang-orang tua, simbah-simbah biasanya masih memberi berupa kue apem, tapi bagi keluarga muda pemberian dimodifikasi, kadang roti, mie instan atau uang,” jelasnya ketika dihubungi via telepon.

Dalam tradisi jaluk apem, lanjutnya, terdapat pesan moral khususnya kerelaan hati untk minta maaf jika berbuat salah.

Praktisi budaya dan pariwisata, Heri Sulistyo menilai tradisi golek apem yang kemungkinan besar hanya ada di Dusun Sambirejo tersebut pantas untuk dilestarikan karena unik dan penuh makna.

“Jaluk apem adalah budaya unik sederhana tetapi penuh makna. Ada budaya silaturahmi yang diajarkan orangtua ke anak-anak dan ada budaya berbagi rejeki kepada anak-anak,” jelasnya.

Heri menambahkan, lebih dari itu tradisi jaluk apem mengandung pelajaran moral bagi anak-anak tentang kemauan meminta maaf bila melakukan kesalahan.

“Dalam khazanah Budaya Jawa, apem adalah simbol dari maaf, jadi jaluk apem bisa dimaknai meminta maaf,”pungkasnya. (Woro)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar