IR 64 dan Ciherang Masih Menjadi Padi Favorit Petani

oleh -
oleh
UD Murni di Playen, salah satu penyedia benih pertanian. KH/ Kandar
iklan dprd
UD Murni di Playen, salah satu penyedia benih pertanian. KH/ Kandar

PLAYEN, (KH)— Siklus musim pertanian dalam satu tahun dikenal dengan sebutan Musim Tanam (MT). MT biasanya dapat dilakukan hingga sampai periode waktu ke-3, yakni MT1 (Musim Hujan), MT2 (Musim Gadu) dan MT3 (Musim Kering).

MT sangat berkaitan dengan pola tanam, di Gunungkidul sebagian besar petani hanya dapat melakukan penanaman hingga pada MT2 saja, hal ini disebabkan keberadaan iklim dan kondisi ladang yang sangat bergantung dengan curah hujan.

Hanya beberapa wilayah saja yang dapat melakukan penanaman hingga ke MT3. Utamanya mereka adalah petani yang tinggal serta memiliki lahan pertanian di daerah lembah, atau daerah dengan ketersediaan sumber air melimpah.

Terjadi perbedaan pola tanam antara petani di daerah perbukitan atau wilayah zona pegunungan dengan petani di lahan lembah. Seperti di wilayah selatan, biasanya diterapkan pola tanam Padi- Palawija. Sedangkan di daerah dengan banyak air diterapkan, Padi- Padi, serta jika memungkinkan ditambah Palawija.

iklan golkar idul fitri 2024

Kondisi musim dan pola tanam tersebut mengakibatkan distribusi benih dan kebutuhan perlengkapan pertanian lain cenderung tinggi terjadi pada MT1, seperti pengakuan pemilik toko penyedia aneka ragam kebutuhan pertanian, Hadi suprawoto saat ditemui di kiosnya, belum lama ini.

Dari Ud Murni, toko yang berada di Padukuhan Jatisari, Desa Playen, Kecamatan, Playen, diperoleh keterangan bahwa benih akan terserap dalam jumlah yang tinggi pada MT1 Bulan yakni pada Oktober-November. Menurutnya, penjualan benih padi mencapai hingga 15 ton sampai 20 ton.

“Masih dominan dua varietas antara IR 64 dan Ciherang. Terkadang dengan alasan ketahanan hama, dari IR 64 petani beralih ke Ciherang,” kata Hadi, Rabu, (8/3/2017). Dari kedua jenis benih tersebut, petani biasanya menyisihkan sebagian kecil panen untuk persiapan benih di MH2.

Sementara untuk benih varietas hibrida pada musim tahun ini mengalami sedikit peningkatan. Turunan benih jenis hibrida ini tidak dianjurkan untuk benih pada penanaman selanjutnya. Sementara itu, selain padi, kiosnya juga mendistribusikan benih jagung, sedikitnya terjual 3 ton benih jagung pada MT1.

Keterangannya, pilihan petani rata-rata dijatuhkan pada merek Pioner, jagung bisi, atau Pertiwi serta Kapal Terbang. Benih-benih tersebut, baik padi dan jagung ia peroleh dari distributor dari wilayah Klaten dan Yogyakarta, serta sebagian dari Bantul.

Hadi juga menyediakan pupuk. Karena ditunjuk oleh pemerintah menjadi rekanan distribusi pupuk, ia menyediakan dua jenis pupuk yakni yang bersubsidi dan non subsidi. Dalam satu musim dari keseluruhan jenis pupuk subsidi baik Urea, ZA, SP, dan Petroganik terdistribusi sekitar 200 ton.

“Untuk yang non subsidi ada dari pupuk Kujang, kami mendapat target 30 ton per bulan,” tambahnya. Meski jauh lebih mahal petani mengaku puas dengan pupuk non subsidi ini. Masyarakat mengaku bahwa reaksi pupuk yang berasal dari produsen di Jawa Barat ini sangat bagus. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar