HMT Mulai Langka, Tebon Jagung Laris Manis

oleh -2184 Dilihat
oleh

WONOSARI, kabarhandayani.– Mulai langkanya Hijauan Makanan Ternak (HMT) di sebagian besar wilayah di Gunungkidul menyebabkan tingkat konsumsi tebon jagung dari luar daerah mulai naik. Hal ini terlihat dari tingginya permintaan dari para peternak pada beberapa penjual tebon di beberapa desa seperti di Desa Mulo, Wonosari, dan Karangrejek, Kecamatan Wonosari.

Sipon, salah satu penjual tebon di Desa Mulo mengungangkapkan tingginya permintaan tebon ini terjadi sekitar awal bulan Juli ini. Beberapa peternak di sekitar Desa Mulo dan beberapa peternak di Kecamatan Tepus sudah mulai menkonsumsi tebon yang ia jual sejak 2 minggu terakhir ini.

“Mulai laku banyak sekitar seminggu ini. Tapi permintaan mulai naik sekitar 2 mingguan. Rata-rata yang membeli para pelanggan lama pada musim-musim kemarau sebelumnya,” jelas Sipon, Senin (14/7/2014

Sipon menambahkan dalam satu hari ia mampu menjual sekitar 100 ikat tebon yang didatangkan dari Kabupaten Klaten. Satu ikat tebon ia jual dengan harga Rp 5000.

Selain Sipon, ada sekitar 4 penjual tebon lain yang ada di Desa mulo. Salah satunya adalah Maryani, warga Padukuhan Karangasem Desa Mulo.

Tak jauh beda dengan Sipon, Maryani juga mampu menjual tebon hingga ratusan ikat setiap harinya guna memenuhi kebutuhan pakan ternak di Padukuhan Karangasem juga kebutuhan pakan ternak dari beberapa peternak dari Kecamatan Tanjungsari.

“Tak pasti juga setiap harinya berapa ikat yang terjual, kalau lagi banyak yang butuh, ya kurang lebihnya sekitar seratus ikat,” kata Maryani.

Sementara Siswanto, seorang warga Desa Mulo mengaku menghabiskan 6 ikat tebon untuk 3 sapi yang ia miliki. Bahkan, sebenarnya hal itu masih kurang dan diakali dengan pakan lain yang lebih murah.

“Enam ikat itu sebenarnya hanya sebagai pakan selingan, karena sebenarnya tidak cukup kalau cuma segitu. Sebagai gantinya saya beri damen atau rendeng kering,” kata Siswanto.

Kebutuhan pakan ternak di Gunungkidul memasuki musim kemarau memang cukup tinggi. Semua kebutuhan tebon biasanya didatangkan dari Kabupaten Klaten atau Kabupaten Bantul. Bila diamati dengan seksama, puluhan truk pengangkut tebon jagung masuk wilayah Gunungkidul setiap hari. (Maryanto/Tty)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar