Gowes To Heritage: Kunjungi Rumah Buyut Bupati Pertama Gunungkidul

oleh -
oleh
Peserta Gowes o Heritage tiba di rumah tradisional milik buyut R.T. Pontjodirjo. (KH/ Kandar)
iklan dprd

GUNUNGKIDUL, (KH),– Limaratus peserta mengikuti Gowes to Heritage yang digelar Dinas Kebudayaan Kabupaten Gunungkidul, Sabtu, (22/9/2019). Agenda bersepeda mengunjungi bangunan dan benda warisan budaya ini merupakan yang ke tiga kalinya.

Kepala Bidang Pelestarian Warisan Budaya, Dinas Kebudayaan Gunungkidul, Agus Mantara MM mengutarakan, bersepeda bersama menjadi sarana untuk pengenalan bangunan warisan masa lampau atau cagar budaya yang ada di Gunungkidul kepada masyarakat.

Sebelumnya, jelas Agus, juga telah digelar kegiatan yang sama yakni bersepeda memperkenalkan keberadaan heritage berupa Candi Pulutan, Candi Plembutan dan Monumen Stasiun Radio AURI PC-II. Berikutnya, Gowes to Heritage mengunjungi makam Ki Ageng Giring III.

“Kali ini kami mengunjungi dua bangunan rumah tradisional. Ada rumah tradisional milik Sri Budiarti Siswodisastro di Semanu dan rumah tradisional Suwardi di Ponjong,” papar Agus.

iklan golkar idul fitri 2024

Bangunan rumah tersebut berumur cukup tua namun terjaga orisinalitasnya. Bangunan rumah juga memiliki nilai historis bagi Gunungkidul. Rumah tradisional milik Sri Budiarti Siswodisastro merupakan rumah warisan turun temurun keluarga dari bupati pertama Gunungkidul, R.T. Pontjodirjo.

“Ibu Sri Budiarti merupakan buyut dari bupati pertama Gunungkidul,” ungkap Agus.

Peserta Gowes To heritage dilepas Kepala DInas Kebudayan Gunungkidul, Drs. Agus Kamtono. (KH/ Kandar)

Adapun rumah tradisional ke dua, sebuah joglo milik Suwardi yang dikunjungi merupakan kediaman yang diwariskan hingga generasi ke tiga. Pemilik kediaman generasi ke dua, yakni Nasiyem dan Margiyo Martodisastro merupakan salah satu kakak pahlawan revolusi dari Ponjong, Gunungkidul, Yogyakarta, Let. Kol. Sugiyono.

Agus berharap, dengan berkunjung ke lokasi bangunan cagar budaya, masyarakat Gunungkidul dapat lebih mencintai warisan budaya yang ada. Pihakya menilai generasi saat ini banyak yang tidak mengetahui keberadaan cagar budaya yang bersejarah.

“Bersepeda sangat dimintai masyarakat Gunungkidul sehingga terobosan kegiatan ini mampu menarik minat khalayak. Dalam satu kegiatan ada tiga manfaat yang diperoleh, olahraga, rekreasi sekaligus menambah wawasan mengenai warisan budaya,” tukas Agus. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar