Gantung Diri di Tanjungsari Kemarin Timbulkan Trauma Warga

oleh -
oleh
Warga memukul kentongan atau Lesung, (mitos) mengusir setan/ pulung gantung. KH
iklan dprd
Warga memukul kentongan atau Lesung, (mitos) mengusir setan/ pulung gantung. KH
Warga memukul kentongan atau Lesung, (mitos) mengusir setan/ pulung gantung. KH

TANJUNGSARI, (KH)— Peristiwa bunuh diri yang terjadi di Padukuhan Ngasem Desa Kemiri pada Kamis (1/9/2016) kemarin menyisakan ketakutan pada sejumlah warga. Bahkan seorang warga mengalami ketakutan berlebih hingga menyebabkan depresi atau stres berat karena kematian tak wajar Kromo Joyo yang mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri.

Keadaan ini semakin mencekam ketika warga mulai mekorelasikan kejadian tragis ini dengan adanya pulung gantung. Rumor adanya pulung gantung berkembang cepat dalam perbincangan warga sekitar.

Suasana kampung juga semakin mencekam ketika sebagian besar warga memukul kentongan yang menimbulkan suara gemuruh sejak waktu Sholat Maghrib, Jumat (2/9/2016). Hal ini dilakukan warga karena dipercaya mampu mencegah terulangnya peristiwa serupa.

“Kentongan dimaksudkan untuk mengusir setan yang mengganggu, seperti setan yang menyesatkan orang-orang untuk berbuat gantung diri. Dengan memukul kentongan warga berharap setan-setan itu segera pergi dari dusun kami,” ujar Prawoto, salah satu warga Padukuhan Ngasem.

iklan golkar idul fitri 2024

Salah satu warga yang mengalami trauma berat dengan kejadian ini adalah Nika. Seorang siswi kelas 9 SMP ini hingga kini masih sering menangis dan menunjukkan perilaku takut berlebihan.

Keadaan ini menimbulkan keresahan pada warga lain, karena ketakutan berlebih Nika selalu dihubungkan dengan adanya rumor pulung gantung. Adanya perilaku Nika ini juga dianggap warga bahwa keberadaan pulung gantung masih berada di wilayah Padukuhan Ngasem.

“Hari ini sempat didatangkan para normal untuk menyembuhkan Nika. Kekuatiran orang tuanya menjadi semakin besar karena keadaan anaknya yang seperti ini,” lanjut Prawoto.

Selama beberapa hari ke depan, lanjut Prawoto, upacara pengusiran setan dengan cara memukul kentongan akan tetap dilakukan. Hal ini akan tetap berlanjut hingga suasana kampung dinilai telah pulih kembali.

Seperti pada pemberitaan Kabar Handayani sebelumnya, Kromo Joyo telah mengakhiri hidupnya dengan menggantungkan diri pada sebatang pohon klirisan di belakang rumahnya.Tindakan sengaja yang menyebabkan kematian diri sendiri menjadi ini diduga karena pelaku merasa tidak sanggup menjalani kehidupan bersama penyakit yang telah dideritanya bertahun-tahun. (S. Yanto)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar