Cokelat Perlu Didorong Menjadi Ikon Kuliner Baru Di Gunungkidul

oleh -824 Dilihat
oleh
Pengunjung festival cokelat menikmati di salah satu stand. KH/ Kandar.
Pengunjung festival cokelat menikmati di salah satu stand. KH/ Kandar.

WONOSARI, (KH),– Beberapa wilayah di Gunungkidul menjadi wilayah yang cocok ditanami pohon kakao. Namun gaung dan geliat usaha komoditas pangan olahan biji kakao berupa cokelat belum seperti yang diharapkan.

Untuk mendorongnya, digelar kegiatan Festival Cokelat. Penggagas kegiatan, Asmono Wikan mengatakan, tak hanya geliat usaha, tingkat konsumsi cokelat juga masih rendah di Gunungkidul.

“Kalau bicara konsumsi minuman, di Gunungkidul lebih populer teh atau kopi. Tidak ada cokelat,” ujarnya.

Festival Cokelat digelar untuk mengenalkan cokelat ke masyarakat Gunungkidul. Sekaligus untuk mendorong agar konsumsi cokelat naik. Tingkat konsumsi berbanding terbalik dengan negara-negara di eropa. Di sana konsumsi cokelat menjadi lifestyle. Padahal faktanya, Gunungkidul menjadi penghasil cokelat dengan kualitas yang baik.

Kegiatan Festival Cokelat yang digelar di Jl. Gereja, Kecamatan Wonosari, Minggu, (30/9/2018) kemarin diikuti belasan UKM pengolah cokelat. Dirinya berharap, cokelat menjadi ikon kuliner berikutnya setelah belalang, gatot serta tiwul.

“Harus dimunculkan lagi yang baru. Cokelat asal Gunungkidul ini sudah waktunya untuk di dorong,” tandasnya.

Cokelat memang dikenal sebagai komoditas kuliner berstereotipe ‘mahal’. Menurut Asmono hal tersebut justru menguntungkan petani cokelat. Sebab, jika semakin populer, ditunjang peningkatan kemampuan mengolah yang dilakukan UKM maka akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Gunungkidul.

Diakui, kendala kemampuan pengolah dalam hal inovasi berupa riset awal. Sebab, riset mengolah cokelat butuh ilmu dan biaya yang tidak sedikit. Sehingga butuh campur tangan dari pemerintah serta berbagai berbagai lembaga.

Dalam kesempatan yang sama, Bupati Gunungkidul, Badingah, sepakat bahwa cokelat di Gunungkidul harus didorong menjadi ikon kuliner baru di Gunungkidul.

“Cokelat harus menjadi ikon kuliner di Gunungkidul,” tegas Badingah. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar