Berencana Berobat Pagi Ini, Seorang Simbah Mendahului Gantung Diri

oleh -754 Dilihat
oleh
tali
ilustrasi. Dhadhung, kala, jerat, tali. KH/WG
ilustrasi. Dhadhung, kala, jerat, tali. KH/WG

WONOSARI, (KH),– Sedianya hendak diantar berobat pagi ini, Senin, (7/1/2019) seorang kakek, Parto Dikromo (67) warga Padukuhan Karangduwet 2, Desa Karangrejek, Kecamatan Wonosari, Gunungkidul, DIY justru ditemukan mati gantung diri.

Berdasar penelusuran petugas Polsek Wonosari, yang bersangkutan hendak diantar oleh anggota keluarga berobat ke RS Sardjito Yogyakarta. Anggota keluarga, Anjar Wahyudi (40) pukul 04.00 WIB pagi telah menyiapkan keberangkatan. Antara lain menanak nasi dan memasak air guna keperluan mandi Parto Dikromo.

Saat Anjar Wahyudi ke luar rumah, ia malah mendapati Parto Dikromo gantung diri di teras rumah.

Kapolsek Wonosari, Kompol Sutama, melalui release informasi yang disampaikan, pelaku bunuh diri mengidap sakit kanker prostat selama kurang lebih 9 tahun.

“Punya riwayat kanker prostat selama 9 tahun tak kunjung sembuh. Berdasar pemeriksaan bersama petugas medis tidak ada tanda-tanda penganiayaan,” jelasnya.

Usai diperiksa, jasad kemudian diserahkan ke pihak keluarga untuk dimakamkan.

Terpisah, Psikiater RSUD Wonosari, Ida Rochmawati, Sp., KJ., mengungkapkan, menderita penyakit kronis atau sakit terminal (misalnya penyakit kanker, HIV/AIDS), menjadi salah satu faktor risiko tindakan bunuh diri.

Beberapa faktor risiko yang lain diantaranya; Kurang tahan terhadap frustrasi, cepat marah (hostilitas tinggi), sering mengalami konflik interpersonal dengan anggota keluarga atau teman, mengalami masalah kesehatan jiwa (depresi, skizofrenia, gangguan afektif), penyalahgunaan alkohol atau NAPZA, serta faktor lingkungan lainnya.

Menurutnya, beberapa orang dengan gangguan fisik atau psikis akan bereaksi secara impulsif. Sementara yang lainnya melalui proses yang bertahap. Keinginan bunuh diri semakin lama semakin besar yang mengakibatkan individu menjadi tak berdaya, putus asa, dan akhirnya sampai pada suatu keadaan merusak diri.

“Dengan mengetahui seseorang yang akan berusaha atau kemungkinan berpikir tentang bunuh diri, maka kita dapat membantu melakukan pencegahan agar mereka tidak bunuh diri. Demikian pula, petugas kesehatan perlu mengetahui ciri atau faktor risiko individu yang rentan untuk melakukan bunuh diri atau percobaan bunuh diri,” paparnya. (Kandar)

***

Catatan Redaksi:

Ayo bantu cegah bunuh diri di Gunungkidul dengan cara peduli kondisi fisik dan kejiwaan anggota keluarga, sanak saudara, dan sesama. Berikan bantuan kepada sesama yang memerlukan dukungan permasalahan kejiwaan atau kesejahteraan mental. Menyambungkan sesama yang membutuhkan pertolongan dengan layanan kesehatan terdekat (Puskesmas, Klinik, Rumah Sakit) atau layanan konseling kepada pemuka masyarakat dan pemuka agama setempat dapat menjadi upaya preventif mencegah bunuh diri.

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar