Berbagai Permohonan Terpanjat Saat Tradisi Nyadran Mbah Jobeh

oleh -2073 Dilihat
oleh
Warga mengantri memberikan uang saat Nyadran di Petilasan Mbah Jobeh. KH/ WG.

Peristiwa tersebut terjadi saat tanaman pertanian mereka mengalami kekeringan. Sebabnya, saat musim tanam, terjadi jeda hujan cukup lama. Sehingga tanaman pertanian mereka mengering. Lantas, keduanya yang dikemudian waktu menjadi juru kunci berdoa. Saat berdoa kepada Tuhan terdengar suara, “embuh to embuh mengko” (entahlah, entah nanti). Suara dalam bahasa jawa tersebut yang terakhir “mengko” memiliki kemiripan dalam penyebutan (rima) dengan salah satu olahan tradisional, Bongko. Bongko muncul merupakan representasi dari kata ”mengko”. Kesamaan rima mengko dan Bongko membuat tradisi Nyadran juga dilengkapi olahan Bongko.

Salah satu warga menyampaikan permohonan melalui perantara juru kunci di Petilasan Mbah Jobeh. KH/ Kandar.

“Usai Ki Kenthung dan Nyi Kenthung memanjatkan doa, tidak berselang lama ternyata tanamannya menjadi hijau semua (jawa: ijo kabeh), maka istilah Mbah ‘Jobeh’ merupakan akronim dari ‘Ijo Kabeh’,” terang Windarta, (4/7/2019) lalu disela pelaksanaan Nyadran.

Adapun petilasan Mbah Jobeh merupakan tempat di mana ditemukan dua bekas air ludah bekas Nyirih. Ki Kenthung dan Nyi Kenthung lantas memberi penanda pada dua air ludah Nyirih tersebut. Lama kelamaan tanah tepat ditemukannya ludah bekas Nyirih bertambah tinggi. Menjadi gundukan seperti habitat rayap. Seiring berkembangnya waktu gundukan tanah tersebut dibuatkan gubuk pelindung.

Guna mengenang kisah Ki Kenthung dan Nyi Kenthung tersebut, adat tradisi Nyadran dilestarikan hingga saat ini.

Ditemui di lokasi Nyadran, warga yang datang menyampaikan beragam permohonan. Beberapa diantaranya agar sembuh dari sakit, keluar dari masalah, usaha semakin sukses, hewan ternak agar sehat, badan terasa enak, berjualan laris, pendidikan anak-anak berhasil, panenan pertanian melimpah dan lain-lain. mereka memberikan uang mulai dari Rp. 2 ribu hingga ratusan ribu. Bersamaan, mereka yang mengaku keinginannya terkabut  menuntaskan nadzar. Memberikan uang dan berkurban hewan ternak.

Niki kula sakit angsal tamba, Pak, nyuwun pangapunten ajeng nyadran. Gek niki putu kula, niki kajenge lunas sah (Ini saya sakit agar sembuh pak, ikut Nyadran. Terus ini untuk cucu saya, supaya lunas,” kata Maryati dari Baran, Rongkop kepada juru kunci, Nata Sukamta. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar