Banyak Warga Pesisir Selatan Pindah ke Wilayah Pantai

oleh -383 Dilihat
oleh

TEPUS, kabarhandayani.– Kemajuan wisata pantai selatan di Kabupaten Gunungkidul dewasa ini berpengaruh terhadap laju perkembangan perekonomian yang cukup signifikan bagi warga di sekitar pantai. Hal ini memacu penduduk setempat untuk relokasi atau pindah ke sejumlah tempat strategis guna mengais rejeki.

Seperti yang dilakukan Sastro Setu (60), seorang warga Padukuhan Pulegundes, Desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus memilih membangun tempat tinggal baru yang dekat dengan bibir pantai ketimbang tinggal di rumah lamanya. Relokasi ini telah dilakukan oleh puluhan tetangganya sejak beberapa tahun terakhir di sepanjang Pantai Drini, Sundak, dan Pantai Slili.

“Lebih dari 50 KK (kepala keluarga) di Padukuhan Pulegundes yang telah pindah mendekat ke pantai. Alasan pindah ya karena di daerah sini lebih mudah mencari rejeki,” kata Sastro, Rabu (1/7/2014) di lokasi rumah barunya di Pantai Sundak.

Meski tergolong kecil, rumah yang kini sedang dibangun oleh Sastro ini nantinya akan ditempati sebagai tempat tinggal permanen. Ia menyatakan rumah itu diperuntukkan bagi anaknya yang kini telah memiliki 1 anak.

“Rumah ini sebenarnya bukan untuk saya tapi untuk anak dan cucu saya. Biar nanti mereka yang mencari rejeki di sini dengan berjualan minuman dan makanan bagi pengunjung Pantai Sundak. Kalau saya sendiri sudah tua dan memiliki tanggungan merawat orang tua, jadi nggak mungkin untuk pindah-pindah tempat segala,” lanjutnya.

Selain alasan di atas, relokasi warga ke daerah pantai juga disebabkan oleh mudahnya sumber air yang ditemui di tempat ini. Beberapa ratus meter dari bibir pantai, sumber mata air memang dapat dicari dengan mudah melalui pembuatan sumur sederhana. Alasan ini seperti yang diutarakan Samiyem, warga Padukuhan Pulegundes yang telah bertahun-tahun menetap di Pantai Sundak. Keseharian Samiyem di pantai adalah menunggu kamar mandi umum sambil berjualan minuman kemasan.

“Kalau di rumah lama air masih sulit harus beli dari tangki air saat musim kemarau, sedangkan di sini kami punya sumur sendiri sehingga tak perlu beli lagi,” kata Samiyem. (Maryanto/Hfs)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar