Bagaimana Pendidikan Seks Pada Anak SD Kelas 1 Disampaikan?

oleh -4006 Dilihat
oleh
Ilustrasi.
Ilustrasi.

WONOSARI, (KH),– Memberikan pengetahuan untuk anak merupakan kewajiban bagi setiap orangtua. Pengetahuan bermacam jenisnya, pengetahuan umum, pengetahuan mengenai spiritual, pengetahuan mengenai alam, maupun sosial. Kali ini akan dibahas mengenai pendidikan seks.

Sudah bukan waktunya lagi pembahasan pengetahuan tentang seks dianggap sebagai hal tabu, dan dihindari untuk diperbincangkan. Apalagi untuk kebutuhan pengetahuan anak.

Seperti yang diutarakan seorang Guru SD kelas satu di sebuah SD negeri di Wonosari, Surati.Spd. Pendidikan seks diberikan pada mata pelajaran PJOK (pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan) pada saat murid duduk di bangku kelas satu.

Materi mengenai pendidikan seks untuk anak yaitu membahas tentang anggota bagian tubuh yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh oleh orang asing kecuali orangtua dan dokter.

Cara memberikan pengajaran oleh guru kepada murid dengan menunjukkan bagian-bagian tubuh yang boleh dan tidak boleh disentuh yaitu dengan cara menunjuk bagian tubuh tersebut dengan jari atau kedua tangan tanpa harus mengucap nama bagian tubuh tersebut.

Hal ini dikarenakan bagian tubuh untuk seusia kelas satu sekolah dasar belum tumbuh layaknya orang dewasa sehingga cukup menunjuk saja tanpa harus dilafalkan.

Manfaat memberikan pendidikan seks kepada anak ini antara lainĀ  dapat memberikan pengertian kepada anak bahwa bagian tubuh tersebut memang tidak boleh dipegang oleh siapapun kecuali orangtua dan dokter.

Kemudian bagi anak sendiri bermanfaat sebagai langkah awal pencegahan sejak dini dalam kasus pelecehan seksual.

Dilansir dari catatan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan, angka korban pelecehan seksual terhadap anak semakin tinggi setiap tahun. Sekretaris KPAI Rita Pranawati di Kantor KPAI, Jakarta, pada Jumat (4/3/2016) mengatakan dari 2013 ke 2014 naik 100 persen, baik korban atau pun pelaku. modus pelecehan seksual yang diterapkan pun semakin beragam. Selain kemajuan teknologi dan kurangnya pengetahuan orangtua dalam mengasuh dan mendidik anaknya, lingkungan pergaulan juga bisa menjadi penyebab timbulnya kasus pelecehan seksual.

Rita menambahkan Dari hasil penelitian KPAI bahwa 70 persen orangtua belum mampu mengasuh anak yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. mereka masih menggunakan cara asuh yang dipakai pendahulunya, yaitu hanya meniru apa yang mereka dapat ketika kecil, tanpa mempelajari perubahan zaman.

jika pembahasan mengenai seksual terhadap anak masih saja dianggap tabu, maka kewaspadaan anak menjadi berkurang. hal ini karena ketidaktahuan anak terhadap bahaya yang mengintai. sehingga para orangtua serta pendidik wajib memiliki pikiran yang terbuka, dan memiliki kemampuan untuk memberikan pendidikan yang terbaik untuk masa depan anak. (Gemma)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar