Awal Tahun, Terdapat 3 Warga Gunungkidul Terjangkit Leptospirosis

oleh -690 Dilihat
oleh
Ilustrasi penularan penyaklit laptospirosis. sumber : Microbiologybytes.com
Ilustrasi penularan penyaklit laptospirosis. sumber : Microbiologybytes.com

GUNUNGKIDUL, (KH),– Awal tahun 2019 ini, setidaknya ada 3 warga di Gunungkidul menderita penyakit Leptospirosis.

Berdasar data yang disampaikan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Gunungkidul, drg. Rr. Dewi Anggraeni, dua penderita terdapat di kecamatan Gedangsari, sementara 1 penderita lainnya terdapat di Kecamatan Ponjong.

Penyakit yang disebabkan bakteri Leptospira sp yang ditularkan melalui hewan ke manusia atau sebaliknya (zoonosis) ini cukup berbahaya. Berdasar data pula, beberapa penderita menemui ajal.

Dewi Anggraeni berharap, kasus penyakit yang disebabkan air kencing tikus ini tidak meningkat. Sebagaimana diketahui kasus leptospirosis cukup tinggi ditahun-tahun sebelumnya. Tahun 2017 ada 64 penderita, sementara tahun 2018 ada 17 penderita.

“Dari seluruh kasus dua tahun terakhir sebagian tertular atau terkena virus tersebut tidak di Gunungkidul. melainkan dari Klaten dan Bantul,” ungkap Dewi.

Guna menekan jumlah kasus tersebut Pemkab telah membentuk Satgas One Heart. Satgas ini terdiri dari berbagai sektor. Ada dari Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian, Bagian Kesra, BKAD, dan Dinas Pendidikan.

Setiap sektor mengambil peran sesuai fungsi masing-masing guna pencegahan leptospirosis. Misalnya saja, Dinas Pertanian menanggulangi hama tikus, kemudian Dinas Kesehatan melakukan pengobatan jika ada yang terserang penyakit tersebut.

“Apabila ada warga possitif Leptospirosis kemudian diperlukan tindak lanjut melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) maka kami akan melibatkan Lurah, tokoh masyarakat, Dinas Pertanian dan sektor lain,” jelas Dewi.

Ditambahkan, Satgas yang terbentuk 2018 lalu ini bukan hanya menangani penyakit dari tikus saja, melainkan mencakup infeksi yang ditularkan antara manusia dan hewan vertebrata atau sebaliknya (zoonosis).

Selain di level pemerintah daerah, Satgas di level kecamatan sudah dibentuk di dua wilayah. yakni di Saptosari dan Playen.

Pihaknya menghimbau agar warga beraktivitas ke sawah tidak terlalu pagi guna mencegah infeksi virus leptospirosis. Terlebih jika terdapat luka di salah satu bagian tubuh. Jika diperlukan, beraktivitas di kawasan yang kemungkinan terdapat tikus hendaknya menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).

“Sebab virus akan mati jika terkena sinar matahari. yang jelas biasakan melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),” tandas Dewi. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar